RANCAH POST – Sampai saat ini, rekor terowongan kereta api terpanjang masih dipegang oleh terowongan Wilhelmina dengan panjang mencapai 1.208 meter. Terowongan Wilhelmina adalah terowongan kereta api jurusan Banjar-Cijulang yang melewati Kabupaten Pangandaran. Panjang rute kereta api Banjar-Cijulang sendiri adalah 82 kilometer.
Jalur kereta Banjar-Cijulang ini sendiri memiliki banyak jembata dan terowongan selain terowongan Wilhelmina. Dua terowongan yang ada di jalur ini adalah terowongan Hendrik dengan panjang mencapai 100 meter dan terowongan Juliana sepanjang 250 meter. Adapun terowongan Wilhelmina merupakan terowongan yang menembus bukit kapur yang terdapat di desa Emplak dan desa Bagolo, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran.
Adalah Staats Spoorwegen, perusahaan kereta api zaman Belanda yang membangun terowongan Wilhelmina ini pada tahun 1914, terowongan ini kemudian mulai digunakan pada tanggal 1 Januari 1921. Nama terowongan yang oleh warga sekitar disebut dengan terowongan sumber ini diambil tak lain dari nama seorang Ratu kerajaan Belanda yang bertahta dari tahun 1890 hingga tahun 1948, Ratu Wilhelmina Helena Pauline Maria.
Dengan alasan minimnya pemasukan dari para penumpang dan mahalnya biaya operasional, akhirnya pada tahun 1981 jalur kereta api Banjar-Cijulang yang melewati terowongan Wilhelmina akhirnya berhenti beroperasi.
Pada masa pengerjaannya, terowongan Wilhelmina ini menyisakan banyak sekali kisah-kisah pilu nan menyedihkan. Bahkan pada tahun 1916, pengerjaan terowongan Wilhelmina ini sempat terhenti karena tidak adanya tenaga ahli yang mau bekerja di daerah tersebut.
Banyak alasan kenapa pengerjaan terowongan Wilhelmina ini sempat terhenti, diantaranya adalah medan yang sangat sulit dan banyaknya para pekerja yang secara tiba-tiba jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Namun perusahaan kereta api Belanda tersebut tetap bersikukuh untuk menyelesaikan pembangunan jalur dan terowongan Wilhelmina tersebut dengan alasan bahwa jalur ini sangat penting untuk mengangkut kopra yang memang pada waktu itu sangatlah melimpah adanya.
Selain itu, meski rencana pembangunan jalur kereta api ini sempat mendapat tentangan dari pihak Belanda sendiri, namun karena alasan ekonomilah pembangunan jalur kereta ini diwujudkan. Ditambah lagi pada waktu itu di daerah Banjar memang dibutuhkan sarana angkutan hasil perkebunan yang sangat memadai.
Pertimbangan lain dibangunnya jalur kereta api ini adalah sangat melimpahnya hasil pertanian di wilayah Priangan bagian tenggara dan di wilayah Parigi. Dengan adanya jalur ini juga hasil panen petani yang sudah tersimpan lama selama enam tahun karena tidak adanya sarana transportasi bisa terangkut. Tak hanya itu, banyaknya tanah yang bisa digunakan sebagai sawah dan tegal di sepanjang jalur kereta Banjar-Cijulang ini. Hingga tahun 1980-an, jalur kereta api Banjar-Cijulang ini pun menjadi tulang punggung moda transportasi di kawasan Banjar hingga Cijulang.
Selain terowongan Wilhelmina, di jalur kereta api Banjar-Cijulang ini pun terdapat salah satu jembatan kereta api yang cukup panjang, jembatan Cikacepit. Jembatan kereta api ini mepunyai panjang sekitar 290 meter dan lebar sekitar 1.70 meter dengan ketinggian dari permukaan tanah kurang lebih 100 meter dan tidak mempunyai pelindung pada bagian kiri dan kanannya. Tidak hanya oleh kereta api, jembatan Cikacepit ini juga bisa dimanfaatkan sebagai jembatan penyebrangan manusia, meskipun harus meniti tangga terlebih dahulu untuk menyebrang meenggunakan jembatan ini.
Sebenarnya jalur yang melewati terowongan Wilhelmina dan jebatan Cikacepit ini pernah diperbaiki kembali dan dipergunakan. Namun karena kondisi perekonimian di Negara-negara Asia pada saat itu memburuk, jalur ini pun akhirnya ditutup kembali.
Namun sungguh sangat disayangkan, kini terowongan Wilhelmina ini kondisinya sangat memprihatinkan, rel-rel di dalamnya sudah menghilang entah kemana. Padahal bila terowongan ini dijaga dengan baik, terowongan bersejarah ini bisa menjadi objek wisata andalan Kabupaten Pangandaran nantinya.