BERITA TASIKMALAYA, RANCAH POST – Usai menggelar pesta minuman keras oplosan di kawasan terminal angkutan umum Ciawi, Jumat (23/3/2018) malam, dua remaja dilaporkan tewas.
Sementara satu remaja lainnya dikabarkan dalam kondisi kritis dan menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum dr Soekardjo Kota Tasikmalaya Jawa Barat.
Dua remaja yang tewas usai menggelar pesta miras oplosan di Tasikmalaya itu diketahui bernama Dede Somantri (17) dan Ahmad Maulana (17), warga Kampung Cijangkar, Desa Pasirhuni, Kecamatan Ciawi.
Adapun remaja yang kritis yakni warga asal Kampung Sukamulya, Desa Margamulya, Kecamatan Sukaresik, bernama Handi (22).
Menurut keterangan Kepala Bagian Operasional Polresta Tasikmalaya, Gandi Jukardi, ketiga pemuda tersebut menggelar pesta miras oplosan pada Jumat (23/3/2018) malam sekitar pukul 19.05 WIB.
Dalam pesta miras itu, ketiganya mencampur alkohol kadar 70% dengan 20 bungkus obat batuk. Setelah itu, ketiganya mengkonsumsi ubi diduga beracun.
Beberapa waktu kemudian, tiga remaja yang menggelar pesta miras di kawasan Terminal Ciawi itu tak sadarkan diri dan dilarikan ke puskesmas terdekat.
“Dua korban, Dede dan Ahmad dinyatakan sudah meninggal setelah diperiksa. Adapun Handi kritis dan dilarikan ke RSUD dr Soekardjo,” terang Gandi, Sabtu (24/3/2018).
“Ada kemungkinan korban yang meninggal karena mengkonsumsi ubi beracun yang menimbulkan efek memabukkan. Sebab, saat mengkonsumsi miras kondisiya baik-baik saja,” tambah Gandi.
Masih diterangkan Gandi, Polresta Tasikmalaya belum bisa memastikan jenis alkohol yang dikonsumsi oleh korban. Untuk ubi diduga beracun, berdasarkan keterangan saksi, diperoleh dari hutan.
Sementara berdasarkan penuturan Kepala Badan Nasional Narkotika Kota Tasikmalaya Tuteng Budiman, penyalahgunaan obat-obatan oleh remaja cukup marak terjadi.
Tuteng berharap pendistribusian obat batuk diawasi sepenuhnya oleh pemerintah agar tidak memakan korban.
BACA JUGA: Belasan Pemuda di Ciamis Gelar Pesta Miras Oplosan, 4 Tewas
“Ini fakta, buktinya kami temukan di lapangan. Dengan adanya korban tewas, ini membuktikan bahwa obat batuk yang dikonsumsi tanpa resep dokter bisa membahayakan nyawa manusia,” kata Tuteng, dilansir Pikiran Rakyat.