RANCAH POST – Sebuah referendum bersejarah digelar Negeri Ratu Elizabeth, Inggris. Referendum bersejarah yang disebut dengan Brexit ini merupakan referendum penentuan bagi Inggris untuk tetap bersama dengan Uni Eropa atau keluar dari Uni Eropa
Brexit inilah yang akhirnya membuat suhu ‘pertempuran’ politik di Inggris jadi memanas antara kubu yang pro dan kubu yang kontra. Dalam hal ini, kubu pro Brexit sendiri telah meluncurkan sebuah poster dengan bahasa yang kotor yang didalam poster tersebut memuat gambar gelombang pengungsi.
Memang sebagai anggota Uni Eropa, Inggris diharuskan menampung para pengungsi perang yang berasal dari Timur Tengah. Hanya saja gelombang pengungsi ini justru menimbulkan kekhawatiran akan adanya penyusupan yang dilakukan oleh teroris yang nantinya akan berpotensi menyerang Inggris dan negara-negara Eropa lainnya.
“Kampanye yang anda lakukan bukanlah bentuk ketakutan, melainkan bentuk kebencian,” ucap Sadiq Khan, walikota Inggris, yang menjadi juru bicara anti Brexit.
Sedangkan Boris Johnson, juru bicara pro Brexit optimis bahwa rakyat Inggris akan memilih keluar dari Uni Eropa. “Jika Brexit kita pilih, hari ini akan menjadi hari kemerdekaan bagi negara kita,” ujar Johnson, Kamis (23/6/2016).
Suhu politik yang memanas akibat adanya referendum ini nyatanya berimbas pada ketidakpastian perekonomian Inggris. Hal inilah yang dikeluhkan Rowan Crozier, seorang operator pabrik, mengingat hampir semua perdagangan terjadi di Eropa.
Saya sudah memiliki pelanggan Amerika bertanya kepada saya, sebelum menempatkan bisnis baru dengan kami dalam dua bulan terakhir, ‘Apa yang Anda pikirkan ini akan terjadi?’ Saya tidak tahu, saya tidak memiliki bola kristal. Saya tahu apa yang saya inginkan terjadi.