RANCAH POST – “Tahun 2015 Indonesia masih jauh dari harapan bahkan masih liberal dan terjajah,” tegasnya Ustadz Mamun Sukriadi, S.Pd., perwakilan DPD II HTI Kota Banjar dalam sambutannya dalam agenda rutin Halqoh Islam dan Peradaban (HIP) pada Ahad (03/01/16) di Gedung Dakwah Kota Banjar. Tema yang diambil adalah refleksi Tahun 2015: Indonesia makin liberal dan terjajah.
Ustadz Asep Darkiman, S.Pd.S.I, selaku mater memaparkan berbagai masalah yang terjadi sepanjang 2015, seperti kemaksiatan dan kriminalitas semakin merajalela, tawuran, kejahatan yang dilakukan oleh geng motor, angka aborsi yang tinggi, korupsi merajalela, bahkan pada Pilkada 2015 ada 188 calon kepala daerah terlibat kasus hukum dan 59 calon wakil sempat bermasalah, perpanjangan kontrak Freeport sampai 2041, pemalakan legal bernama BPJS Kesehatan, rakyat subsidi pemerintah dari premium dan solar atas nama ketahanan energi.
Permasalahan lain, terjadinya diskriminasi ketika pembakar gereja di Aceh di tangkap seetara pembakar mesjid di Tolikara dijamu di istana, kemaksitan disekitar tahun baru. hingga utang Indonesia lebih dari 3000 trilyun, padahal potensi sektor pertambangan minyak, gas, batubara dan mineral logam didapat penerimaan sekitar Rp 691 triliun rupiah per tahun, potensi lestari laut Indonesia sekitar 738 triliun rupiah, sektor kehutanan 2000 triliun rupiah, belum sektor tambang emas, perak, hingga uranium.
Ia pun membahas permasalahan umat di level internasional seperti tragedi yang menimpa umat Islam di Palestina, Suriah, Ronghinya, Pattani, Aftika Tengah, kemiskinan di Afrika, penghinaan terhadap nabi Muhammad SAW.
“Jangan mengira bahwa kejadian-kejadian itu adalah kejadian biasa, jangan kira tidak akan menjadi pertanggungjawaban berat bagi kita. Banyak zina, aborsi, korupsi, jangan dikira itu dosa mereka saja, itu semua termasuk dosa-dosa kita, karena melangaran Islam. Maka kita harus telibat dalam perubahan (dakwah),” pungkasnya.
Sementara itu Ustadz Roni AR., S.Si., yang juga aktivis HTI Kota Banjar mengawali materinya dengan mengaitkan berbagai masalah yang menimpa umat dengan aqidah kita. “Sebab utama kerusakan atau permasalahan adalah demokrasi, sistem yang menimbulkan dosa syirik dan menimpulkan fasad atau kerusahan, solusinya adalah kembali kepada sistem Islam,” terangnya seraya menyampaikan surat Ar-Ruum ayat 40.
Demokrasi yang berasaskan sekularisme ini tidak akan berjalan tanpa liberalisme, sehingga dalam demokrasi muncul liberalisme dalam bidang ekonomi, politik, budaya, hingga agama. Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang digunakan untuk meraih keuntungan materi dengan mengatasnamakan rakyat. Demokrasi merupakan alat penjajahan gaya baru.
“Islam berbeda dengan demokrasi. Islam berasaskan aqidah Islam menjadikan wahyu Allah sebagai sumber hukum, kedaulatan hanya milik Allah. Realisasinya adalah dengan Khilafah Islamiyah, sistem pemerintahan yang mengkondisikan kita untuk taat secara totalitas kepada Allah SWT melalui penerapan Islam secara kaffah,” urainya. (ang).
Artikel merupakan kiriman dari HTI Kota Banjar.