RANCAH POST – Sudah menjadi kebiasaan pada bulan Ramadhan, bila tanggal 17 pada bulan tersebut di setiap daerah Masjid-masjid ramai dengan orang yang mengadakan pengajian, tak lain dan tak bukan pengajian tersebut adalah dimaksudkan sebagai peringatan nuzulul Quran yang disebutkan dalam beberapa keterangan Al-Qur’an diturunkan pada tanggal tersebut meskipun sebenarnya terdapat perbedaan dalam penentuan tanggal nuzulul Quran di kalangan Ulama.
Al-Qur’an sendiri adalah wahyu sekaligus mukjizat yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang diperuntukkan sebagai acuan atau pedoman manusia dalam menjalani kehidupan yang bahagia lahir bathin dunia akhirat.
Dengan turunnya al-Qur’an kepada manusia lewat Rasulullah SAW, kehidupan manusia diharapkan menjadi aman, tentram, nyaman, dan damai. Sebab bila kita melihat ke belakang pada masa jahiliyah dimana al-Qur’an belum diturunkan, kehidupan manusia layaknya kehidupan binatang.
Inti dari peringatan nuzulul Quran itu sendiri sebenarnya sebagai suatu bentuk kecintaan Kita sebagai umat Islam kepada al-Qur’an. Salah satu bukti cinta Kita kepada al-Qur’an yaitu dengan membaca kalam Ilahi tersebut di setiap waktu.
Pertama, dengan adanya peringatan nuzulul Quran ini kita bisa mengetahui bahwa Rasulullah dalam menyampaikan dakwahnya tidaklah mudah, banyak halangan dan rintangan serta celaan dari kaum kafir Quraisy.
Kedua, dengan turunnya al-Qur’an para sahabat lebih mudah menghafal serta memahami Al-Qur’an. Sebab, kebanyakan sahabat pada masa Rasulullah kebanyakan tidak bisa membaca dan menulis.
Ketiga, dengan diturunkannya al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW secara perlahan atau berangsur adalah sebagai pelajaran bagi Kita agar selalu sabar dan hati-hati dalam menghadapi berbagai cobaan, bertahap pula dalam memahami berbagai ajaran agama Islam sebagaiman bertahapnya al-Qur’an diturunkan.
Memperingati nuzulul quran adalah kegiatan yang baik, agar menjadi peringatan bagi Kita terhadap suatu peristiwa besar ini, namun cara memperingatinya tidak hanya sekedar seremoni saja, Imam Syafi’i dalam memperingati nuzulul Quran ini dengan cara mentadabburi serta menamatkan membaca Al-Quran.