RANCAH POST – Gunung Everest, selain mendapat gelar gunung tertinggi di dunia, juga disebut sebagai kuburan paling tinggi yang ada di bumi.
Sejak percobaan penaklukan gunung itu dimulai, sekitar 300 pendaki kehilangan nyawa dan 2/3 di antaranya masih terkubur dalam es.
Kini, jasad para pendaki yang terkubur es Everest satu per satu muncul ke permukaan. Hal itu terjadi karena lapisan es yang ada di gunung tersebut mulai meleleh.
“Pemanasan global membuat es mencair dan membuat mayat-mayat yang terkubur bertahun-tahun mulai terlihat,” tutur Ang Tshering Sherpa, mantan presiden Nepal Mountaineering Association (NMA).
“Beberapa tahun terakhir sejumlah mayat pendaki yang meninggal sudah kami turunkan, tapi kini mayat yang sudah lama terkubur mulai nampak,” imbuh Ang.
Tak banyak yang tahu, biaya evakuasi mayat yang tertimbun es gunung tersebut ternyata cukup mahal. Untuk menurunkan jasad-jasad pendaki, diperlukan biaya sekitar Rp567 juta hingga Rp1,1 miliar.
“Tantangan terbesar evakuasi adalah ketika melakukannya di dekat puncaknya di ketinggian 8700 meter. Selain membeku, berat jasad bisa mencapai 150 kilogram, evakuasi cukup sulit di ketinggian tersebut,” ungkap Ang.
Dikatakan penulis yang fokus di bidang pendakian, Alan Arnett, bukan hanya biaya mahal dan kondisi yang sulit untuk mengevakuasi mayat tersebut, namun lebih ke masalah personal.
“Sebagian besar pendaki, jika mereka mati, lebih suka mayatnya ditinggalkan di gunung. Kalau mayatnya dipindahkan, itu dianggap tak menghargainya. Kalaupun harus dievakuasi, itu karena permintaan keluarga atau karena memang harus dipindahkan dari rute pendakian,” kata Arnett.
Sementara itu dikatakan seorang petugas penghubung di Gunung Everest, dalam beberapa tahun terakhir dirinya sudah mengevakuasi 10 jasad.
BACA JUGA: Sempat Viral, Pendaki yang Kerap Berbikini di Puncak Gunung Meninggal Dunia
“Ada sekitar 10 jasad yang kami ambil dari sejumlah lokasi di Everest, dan sekarang semakin banyak yang bermunculan,” ujar petugas tersebut.