RANCAH POST – Sudah lebih dari satu minggu bencana gempa dan tsunami menerjang Donggala, Palu, Sulawesi Tengah.
Gempa berkekuatan 7,4 SR itu menyebabkan puluhan ribu warga kehilangan tempat tinggalnya dan memutuskan untuk tinggal di tenda pengungsian.
Banyaknya akses jalan yang rusak membuat penyaluran bantuan berupa makanan, minuman dan obat-obatan sangat minim.
Salah satunya yang dialami oleh Juliadi, warga Desa Dipi, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala ini.
Setelah kejadian gempa, pria 33 tahun ini mendirikan tenda dan tinggal bersama seluruh anggota keluarganya disana.
Juliadi menjadi salah satu keluarga yang kehilangan rumah serta seluruh hartanya. Hingga hari ketujuh pasca bencana, ia mengaku masih mengalami kesulitan bantuan, terutama makanan.
Juliadi mengungkakan ada beberapa warga yang diutus ke pusat pembagian bantuan, tapi hanya mendapatkan sedikit.
Katanya, satu kepala keluarga hanya mendapatkan satu bungkus mi instan dan satu kilogram beras.
Ia juga menambahkan, sudah dua hari warga mengalami kelaparan karena akses jalan desa terputus selama beberapa hari.
Untuk bertahan hidup, Juliadi memutuskan untuk menggadaikan cincin kawinnya dan menjual barang-barang berharga miliknya.
Sementara itu sampai saat ini warga mengandalkan air yang berasal dari gunung untuk melakukan segala aktivitas, baik itu masak, minum hingga mandi.
BACA JUGA: Kehilangan Istri dan Seorang Anaknya, Kisah Anjas Korban Gempa Palu ini Bikin Haru
Sayangnya, akibat bencana ini air yang didapat dari bukit pun mulai tercemar pembuangan dari warga setempat itu sendiri.