RANCAH POST – Rentetan serangan bom di Surabaya dan serangan terhadap markas polisi belakangan terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.
Seperti yang terjadi di Surabaya, 3 ledakan bom bunuh diri terjadi dalam waktu hampir bersamaan di 3 gereja berbeda. Akibatnya, sejumlah warga menjadi korban.
Kini, sejumlah teroris yang diduga memiliki keterkaitan dalam aksi tersebut sudah berhasil diamankan. Ada pula yang harus ditembak mati lantaran melawan saat hendak ditangkap.
Dari sekian banyak orang yang menjadi bagian dari kelompok teroris adalah seorang pria bernama Sofyan Tsauri.
Mengejutkannya, sebelum akhirnya menjadi bagian dari kelompok teroris, Sofyan Tsauri ternyata merupakan anggota Brimob.
Dalam sebuah acara televisi, Sofyan yang pernah mendekam di penjara itu mengatakan bahwa dirinya berasal dari keluarga anggota Polri.
“Ayah anggota Brimob, kakak saya juga sama, saya polisi aktif saat itu,” kata Sofyan.
Namun meski dirinya anggota Polri yang tinggal di asrama Brimob, Sofyan terpengaruh paham yang salah sehingga akhirnya memutuskan keluar dari Polri dan memilih menjadi teroris.
“Tahun 2008 saya disersi, saya dicari provos. Tahun 2009 surat pemecatan saya keluar, dan pada waktu itu saya sudah bergabung dengan kelompok bom Marriot, bom Rich Carlton, dan bom Bali,” ujar Sofyan.
Sofyan Tsauri memutuskan keluar dari institusi Polri lantaran beranggapan bahwa jalan yang ditempuhnya itu salah.
“Janjinya tidak muluk-muluk, kita dijanjikan surga,” ucap Sofyan.
Janji masuk surga itulah yang membuat Sofyan Tsauri cinta akan jihad dan kematian.
“Lantaran termotivasi masuk surga, saya pun termotivasi untuk mati syahid,” tutur Sofyan.
Setelah akhirnya ditangkap dan mendekam di penjara, Sofyan Tsauri sadar bahwa jalannya yang diambilnya itu salah.
BACA JUGA: Cucu Selamat dalam Bom Bunuh Diri Polrestabes Surabaya, Pria Ini Tak Sudi Liat Jenazah Orangtuanya
“Setelah dipenjara saya berpikir kalau saya itu salah kamar, kita itu tinggal di Indonesia yang kondisi negaranya damai,” terang Sofyan.