RANCAH POST – Sejak Kamis (28/12/2017), Iran diguncang serangkaian aksi unjuk rasa yang memprotes kenaikan harga, banyaknya pengangguran, dan ketimpangan ekonomi.
Masshad, kota kedua terbesar di Iran menjadi wilayah pertama berlangsungnya aksi unjuk rasa yang kemudian merembet ke kota lain hingga Teheran.
Aksi unjuk rasa di Iran itu memaksa petugas untuk bertindak tegas. Laporan menyebutkan sedikitnya 450 pengunjuk rasa ditahan dan 20 orang lainnya tewas.
Menteri keamanan tertinggi nasional Ali Shamkhani menyebutkan bahwa media sosial menjadi penyebab kerusuhan terjadi di negaranya.
“Tanda pagar dan situasi di Iran berasal dari AS, Inggris, dan Arab Saudi. Adapun dari hasil analisa, 27 persen tanda pagar yang isinya menentang Iran berasal dari Arab Saudi,” kata Ali.
Kekisruhan di negara yang dipimpin Presiden Hassan Rouhani tersebut juga ditanggapi Presiden Amerika Serikat Donal Trump.
“Banyak laporan terkait aksi damai rakyat Iran yang muak dengan rezim dan kekayaan negara yang digunakan untuk mendanai aksi teroris di luar negeri,” kata Trump dalam cuitannya di media sosial.
Adapun dikatakan seorang pengamat politik asal Wisconsin, Kevin Barret, komentar Trump yang mendukung perlawanan rakyat Iran akan menimbulkan dugaan ada upaya dari luar untuk mengacaukan Iran.
“Trump berada di pihak yang melakukan demo dan ini akan membuat orang yakin dalam unjuk rasa ini ada upaya ingin membuat Iran kacau,” kata Barret, Selasa (2/1/2018).
“Iran harus hati-hati karena ada pihak-pihak yang ingin memanfaatkan dari situasi ini, mereka tidak tertarik memperbaiki ekonomi, mereka tertarik untuk menghancurkan Iran,” tambah dia.
BACA JUGA:Â California Ingin Memisahkan Diri dari Amerika Serikat, Donald Trump Pemicunya?
Presiden Hassan Rouhani sendiri mempersilahkan rakyatnya untuk mengkritik pemerintah, namun aksi unjuk rasa yang dilakukan dengan membuat kerusuhan akan ditindak tegas.