RANCAH POST – Toleransi antar umat beragama begitu terasa di Desa Banyupoh, Grogak, Buleleng, Bali. Selasa (28/3) malam, umat Islam diizinkan melaksanakan tahlilan.
Burhanuddin, Takmir Masjid Nurul Amin Desa Banyupoh menuturkan, meski hari itu Nyepi dilaksanakan, mereka diizinkan menggelar tahlilan.
“Tahlilan ini digelar dikarenakan ada saudara kami, namanya Ahmad Gunawa, yang meninggal. Ini tahlilan hari ketiga,” kata Burhanuddin.
Masih dikatakan Burhanuddin, dalam pelaksanaan tahlilan itu, mereka tidak menggunakan pengeras suara. “Usai tahlilan pun lampu langsung kami matikan. Kami di sini saling menghormati dan menghargai,” ujar dia.
Bahkan ketika tahlilan berlangsung, pecalang pun ikut mengamankan jalannya acara bersama dengan Banser dan Linmas.
“Pecalang, Linmas, dan Banser pun tadi ikut mengamankan acara tahlilan. Kami di sini hidup rukun,” lanjut dia.
Berdasarkan pantauan, suasana Desa Banyupoh yang terkenal dengan anggur hitam itu pun kembali gelap gulita, tak ada satu pun lampu yang menyala.
Diberitakan Rancah Post sebelumnya, indahnya keberagaman akan nampak manakala Hari Raya Nyepi berlangsung.
Hal tersebut sebagaimana yang dilakukan Pecalang dan Banser NU di Desa Banyu Poh, Grogak, Buleleng, Bali. Mereka bersama-sama mengamankan jalannya perayaan umat Hindu tersebut.
Pecalang dan Banser itu pun terlihat mengelilingi desa guna memastikan kondisi pada saat Nyepi berlangsung tetap tenang dan kondusif.
Disebutkan Anak Agung Rai Susila, Ketua Pecalang Desa Banyu Poh, dalam perayaan Hari Raya Nyepi tahun ini, Pecalang dan Banser menjaga keamanan desa bersama-sama.