RANCAH POST – Kematian seorang nenek bernama Hindun binnti Raisman, 78 tahun, asal warga Jl. Karet Karya 2, RT. 009 RW. 02, Karet Setiabudi, Jakarta Selatan, menyita perhatian banyak pihak.
Pasalanya, Hindun yang meninggal pada Selasa (7/3/2017) silam itu jenazahnya sempat disebutkan dilarang dishalatkan di mushala Al-Mu’minun karena Hindun semasa hidupnya memberikan suaranya untuk pasangan Ahok-Djarot.
Neneng, anak Hindun menuturkan, semua warga di sekitar lingkungannya mengetahui bahwa ibunya memberikan hak pilihnya kepada pasangan Ahok-Djarot.
“Ibu saya ditanya mau memilih pasangan mana, dia bilang pilih Ahok. Sedangkan di sini itu banyak yang pilih nomor 1 yang sekarang pindah ke nomor 3,” kata Neneng, Jum’at (10/3/2017).
Lantaran warga menolak Hindun dishalatkan di mushala, Ustadz Ahmad Syafi’ie, tokoh agama setempat berinisiatif menshalatkan Hindun di rumahnya.
“Kejadian ini karena pilkada, dulu tidak seperti ini, bapak saya juga dishalatkan di mushala,” ucap Neneng melanjutkan.
Pernyataan berbeda diutarakan Ustadz Ahmad Syafi’ie. Menurut Ahmad, jenazah Hindun tidak dishalatkan di mushala karena turunnya hujan deras saat itu. “Bukan karena apa-apa, tapi karena sedang hujan deras,” kata Ahmad.
Senada dengan Ahmad, Abdul Rahman, Ketua RT. 009 RW. 02 menjelaskan bahwa saat itu kondisi cuaca sedang hujan deras.
“Bukan karena mendukung Ahok-Djarot, tapi karena sedang hujan saat itu, kasihan dengan jenazah kalau kehujanan. Jangankan sesama Muslim, non Muslim pun kita urus,” tutur Abdul.