RANCAH POST – Bukan hanya pria yang mampu menerbangkan pesawat, wanita pun bisa melakukannya. Seperti wanita yang satu ini, Niloofar Rahmani, pilot wanita pertama Afghanistan. Saat bertugas kerudung tak pernah lepas dari kepalanya meskipun rambutnya masih sedikit terlihat.
Nama Kapten Niloofar mulai dikenal pasca pelatihan di sebuah lapangan udara Kabul, Afghanistan, 2013 silam. Namun kini dirinya menjadi kontroversi setelah memicu perdebatan nasional tentang rencana kepulangannya ke Afghanistan pasca melakukan pelatihan selama 15 bulan di AS.
Niloofar Rahmani menimbulkan perdebatan lantaran ia tak berkehendak pulang ke Afghanistan. Kepada Pemerintah AS, Niloofar mengajukan hak asylum supaya mendapatkan perlindungan. Berkaitan dengan itu, juru bicara Kementerian Pertahanan Afghanistan, Mohammad Radmanesh menyebut bahwa wanita dengan kulit putih itu sudah mengkhianati negaranya sendiri.
“Ini Memalukan, dia telah mengkhianati negaranya. Dia itu contoh bagi wanita lain di Afghanistan,” ucap Radmanesh sebagaimana dilansir dari The National.
Niloofar Rahmani menjadi simbol harapan bagi jutaan wanita Afghanistaan tatkala muncul di media massa yang menyebut dirinya sebagai pencetak sejarah lantaran menjadi pilot wanita pertama di Afganistan. Pada tahun 2013 silam itu, ia terlihat memakai sepatu tempur, busana overall dengan warna khaki, kacamata penerbang, dan memakai kerudung.
Namun manakala Niloofar terkenal, ia mulai mendapat ancaman dari sejumlah pria yang seprofesi dengannya. Mulai dari penghinaan hingga ancaman pembunuhan. Mereka yang tidak suka dengan dirinya percaya bahwa seorang wanita sebaiknya berada di rumah. Ancaman itu membuat Niloofar harus membawa senjata api untuk perlindungan diri. Dengan alasan itulah Niloofar Rahmani enggan kembali ke tanah airnya.
“Ia dan keluarganya menerima sejumlah ancaman yang mebahayakan keselamatan dirinya jika kembali ke Afghanistan. Pengkhianatan yang nyata untuk Afghanistan adalah terhadap mereka yang melakukan acaman terhadap Niloofar, keluarganya, dan mereka menindas perempuan,” ucap Motley, pengacara Niloofar Rahmani.