RANCAH POST – Belakangan ini dunia gadget dihebohkan dengan banyaknya kasus phablet andalan terbaru Samsung Galaxy Note 7 yang meledak. Menurut kabar yang beredar, baterai pada ponsel Samsung Galaxy Note 7 ini meledak ketika ponsel sedang di charge.
Hal ini jelas berdampak besar bagi nama baik Samsung, sekaligus keuntungan perusahaan. Buktinya, demi melindungi kepercayaan konsumen, perusahaan asal Korea Selatan ini terpaksa harus menarik sejumlah unit ponsel Samsung Galaxy Note 7 dan memberikan ganti rugi kepada konsumen mereka, baik secara finansial berupa dana penggantian, maupun mengganti unit tersebut dengan unit baru yang dinilai lebih aman. Seperti yang baru saja mereka lakukan, dengan secara resmi menarik Samsung Galaxy Note 7 di Australia.
Sejauh ini, masalah meledaknya Samsung Galaxy Note 7 masih diduga akibat dari baterai yang mengalami gangguan dan kemudian meledak. Dan Samsung sendiri mengaku memakai baterai dari anak perusahaan mereka sendiri, Samsung SDI. Dan kini mereka mengaku akan berhenti memakai baterai produksi Samsung SDI tersebut pada phablet Galaxy Note 7.
“Sebagai tindak lanjut dari masalah baterai, kami memutuskan untuk berhenti menggunakan baterai Samsung SDI untuk ponsel Galaxy Catatan 7 berikutnya,” ujar Samsung Electronics melalui sejumlah media asal Korea Selatan.
Padahal sejauh ini, Samsung SDI sendiri telah memasok baterai untuk sekitar 70% ponsel Samsung Galaxy Note 7 yang beredar di seluruh dunia. Sementara sisa 30% lainnya dipasok oleh perusahaan yang berbasis di Hong Kong, Amperex Technology yang merupakan anak perusahaan Japan TDK Corp. Dan model Samsung Galaxy Note 7 yang memakai baterai dari Amperex ini adalah model khusus yang dijual di China, dan sama sekali tidak terkena dampak dari masalah ini.
Cukup memilukan memang, karena berdasarkan data dari sejumlah analis, Samsung terpaksa harus merogoh kocek hingga USD1 miliar atau setara Rp13,1 triliun untuk menuntaskan masalah ini.