RANCAH POST – Seorang perempuan Muslim yang mengenakan burkini di pantai beberapa pekan lalu terlihat didatangi polisi Prancis yang bersenjata lengkap. Perempuan Muslim yang sedang bersantai di Pantai Nice itupun dipaksa untuk melepaskan burkini dengan tutup kepala berwarna biru yang dikenakannya.
Sedangkan dalam sebuah video yang beredar, seorang perempuan yang juga memakai burkini tiba-tiba diberhentikan polisi dan ditanya alasan kenapa dirinya memakai pakaian renang tertutup tersebut.
Polemik pun bermunculan dengan dilarangnya burkini di sejumlah pantai di Prancis. Aturan pelaranggan itu dikeluarkan semenjak terjadinya serangan teroris di pantai Nice Juli 2016 silam dan membuat warga Prancis terbagi ke dalam dua kelompok yang pro dan kontra.
Burkini sendiri tak lain rancangan seorang warga Australia yang lahir di Libanon, Aheda Zanneti. Burkini yang dibuat pada tahun 2004 tersebut tak hanya diperuntukkan wanita Muslim saja, melainkan diciptakan untuk orang-orang yang kulitanya sensitif dengan sinar matahari.
Diakui Aheda, nama pakaian renang itu terinspirasi dari burqa dan bikini. Namun itu sama sekali tak terkait dengan burqa yang memang sejak tahun 2000 telah dilarang di Prancis. Ia pun mengatakan bahwa Prancis telah salah mengerti sehingga melarangnya dan mengharuskan seseorang membayar denda bila memakaianya.
Masih menurut Aheda, ia membuat pakaian renang tersebut guna mendorong anak-anak belajar berenang. Jadi katanya, baju renang yang kini mendunia itu sama sekali tak ada kaitannya dengan simbol-simbol Muslim. “Pakaian ini hanya menggambarkan pakaian renang yang tertutup, tak ada kaitannya dengan Islam,” kata Aheda.
Sementara iru, Sadiq Khan Walikota London mengecam aksi Prancis yang melarang wnita Muslim mengenakan pakaian tersebut. Dikatakannya, sama sekali tak ada aturan yang bisa melarang seorang wanita memakai pakaian yang mereka sukai.
Saya cukup tegas soal ini. Saya kira tak seorang pun boleh mengatur perempuan soal pakaian yang harus mereka kenakan. Titik. Sesederhana itu.