RANCAH POST – Di negaranya, ia merupakan orang terkaya nomor empat. Di dunia ini, ia merupakan pemilik salah satu bank islam terbesar, Al Rajhi Bank nama bank tersebut.
Lantas siapakah orang yang kaya raya tersebut? Mengapa ia memutuskan untuk memilih hidup miskin? Ya, dialah Sulaiman Al Rajhi, pria yang lahir pada tahun 1920. Sulaiman merupakan seorang anak yang terlahir dari keluarga di Arab Saudi yang kurang mampu. Untuk menyelesaikan sekolahnya saja, keluarga Sulaiman Al Rajhi harus jatuh bangun tertatih-tatih.
Alhasil, Sulaiman Al Rajhi pun harus puas menyelesaikan pendidikan pada tingkat dasar saja. Namun demikian, hal ini tidak membuatnya patah semangat, ia tetap berusaha dan bekerja keras untuk merubah nasibnya.
Untuk merubah nasibnya, Sulaiman Al Rajhi melakukan bisnis penukaran uang untuk para pendatang yang mengunjungi Arab Saudi. Para pendatang ini sendiri memang tidak mempunyai mata uang Arab Saudi dan ia menawarkan penukaran mata uang itu kepada para pelancong yang datang.
Rupanya bisnis penukaran mata uang yang digelutinya bersama saudaranya itu membuahkan hasil. Bila sebelumnya ia yang harus mencari para pelancong, kini para pelanconglah yang mengunjunginya karena ia telah memiliki toko sendiri. Dari usaha yang dilakukan Sulaiman Al Rajhi bersama dengan saudaranya itu, ia pun semakin terkenal.
Banyak uang yang berputar di tokonya tentu saja membuatnya harus bolak-balik ke bank. Lantaran tak ingin dipusingkan dengan harus bolak-balik ke bank, Sulaiman Al Rajhi pun memutuskan ingin mempunyai bank sendiri.
Untuk membuat bank miliknya sendiri ia pergi ke eropa dan melakukan studi banding. Ia membandingkan bagaimana cara kerja bank di eropa dan bank secara prinsip Islam. Dengan banyaknya perbedaan, ia pun memutuskan untuk membangun bank miliknya secara Islam. Pada tahun 1958, berdirilah Al Rajhi Bank yang
pada tahun 2006 dinobatkan sebagai bank Islam terbesar di dunia.
Kekayaan Sulaiman Al Rajhi sendiri ditaksir mencapai 7,7 miliar dolar atau setara dengan 70 triliun. Tahun 2012 kemarin, ia mengagetkan banyak orang di negaranya, ia mengatakan bahwa dirinya jatuh miskin.
Namun bukan karena usahanya bangkrut, namun ia menyerahkan semua hartanya kepada anak-anaknya dan mendonasikan sebagian hartanya kepada mereka yang berhak. Hanya pakaian saja yang disisakan olehnya. Sulaiman mempunyai pemikiran bahwa semua yang miliki hanya milik Tuhan.