RANCAH POST – Freddy Budiman, gembong narkoba sepertinya harus gigit jari lantaran PK (Peninjuan Kembali) kasus yang menjerat dirinya ditolak Mahkamah Agung. Dengan ditolaknya PK tersebut, Freddy akan melakukan upaya grasi alias pengampunan dari presiden.
Sebagaimana dikatakan Untung Sunaryo, kuasa hukum Freddy Budiman, pihkanya hingga saat ini tengah menunggu salinan putusan MA. Setelah salinan putusan diterima, dirinya akan berangkan menuju Nusakambangan untuk menemui Freddy dan menentukan langkah berikutnya.
Lalu siapakah sosok Freddy Budiman ini sebenarnya? Bagaimanakah sebenarnya lika-liku kehidupan Freddy sebelum akhirya menjadi gembong narkoba dan ditangkap polisi? Dari catatan yang ada, tidak banyak informasi yang berhasil dilacak. Hanya saja jejak kehidupannya bisa diketahui dari rekan-rekan Freddy Budiman yang sama-sama mendekam di balik jeruji besi.
“Saya kenal dengan Budi (Freddy Budiman), ia bos saya. Kami dulu sama-sama menjadi pencopet saat di Surabaya,” ungkap Ahmadi (38).
Profesi sebagai copet itu dilakukan oleh Freddy di Surabaya pada akhir tahun 1980 hingga awal tahun 1990. Keduanya biasa beroperasi di terminal-terminal yang ada di Surabaya. Freddy Budiman kemudian pindah ke Jakarta pada awal tahun 1990 bersama dengan Ahmadi.
Di Jakarta, Ahmadi bekerja menjadi penjaga toilet yang nyambi menjadi penjual narkoba. Narkoba itulah yang Ahmadi dapatkan dari Freddy, pencopet yang juga menjual berbaga barang haram seperti kokain, ekstasi, sabu, dan narkotika jenis lainnya.
Pada tahun 1997, Freddy Budiman akhirnya ditangkap dan dijebloskan ke hotel prodeo. Namun bukannya kembali ke jalan yang lurus, Freddy malah menjadi penjual narkoba kelas kakap. “Karena menjadi pengedar narkoba itulah saya mendekam di LP sejak tahun 1997,” kata Freddy.
Pada tahun 2011, Ahmadi bertemu kembali dengan Freddy saat dirinya mengunjungi temannya di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. Keduanya kemudian menjalin komunikasi satu sama lain, tali pertemanan yang putus pun kembali tersambung kembali dengan erat.
Jalinan pertemanan yang tersambung kembali itu berubah menjadi pertemanan yang saling menguntungkan satu sama lain. Oleh Freddy, Ahmadi dijadikan sebagai tangan kanan untuk mengendalikan bisnis narkoba di luar penjara. “Dari dalam penjara itulah saya pun mengendalikan bisnis narkoba yang dijalankan oleh anggota saya,” terang Freddy.
Tabir kejahatan bisnis narkoba Freddy Budiman akhirnya terkuak manakala Ahmadi yang terlibat dalam penyelundupan 1,4 jua ekstasi berhasil digulung oleh Badan Narkotika Nasional (BNN).