RANCAH POST – Berbicara mengenai orang terkenal atau super star dan punya puluhan juta pengikut media sosial bukanlah raja atau pun pangeran di negara kerajaan yang dipimpin Raja Salman bin Abdulaziz, Arab Saudi. Bukan pula sosok bintang televisi, bahkan pemain sepak bola sekalipun bukanlah super star di negara ini.
Lantas siapakah mereka yang terkenal bak super star tersebut? Ya, tentu saja mereka adalah para ulama, tapi bukanlah ulama tersohor yang tergabung dalam Dewan Ulama Terpandang, melainkan para ulama yang bisa dikatakan sebagai ulama ‘pinggiran’.
Menurut BBC News, kepopuleran mereka stara dengan tokoh dunia dan bintang pop sekalipun, mereka juga memiliki jutaan pengikut di media sosial, baik Facebook maupun Twitter. Mulai dari ulama yang biasa memakai celana jeans hingga ulama yang naik motor layaknya rakyat kalangan bawah di negara petro dollar kaya minyak tersebut. Terhitung setidaknya ada empat ulama ‘pinggiran’ yang terkenal dan memiliki banyak pengikut di media sosial, sebut saja Ahmad Mazin al-Shugairi, Salman al-Audah, Nawal al-Eid, dan Mohammad al-Arifi.
Khusus untuk ulama keempat, Mohammad al-Arifi, pria yang kini berusia 46 tahun tersebut mendapat julukan ‘Brad Pitt-nya’ para ulama. Entah apa yang membuat al-Arifi dijuluki Brad Pitt, sebab sekilas saja wajahnya tidak memiliki kemiripan sama sekali dengan Brad Pitt. Bisa jadi, al-Arifi disamakan dengan pemeran film Mr & Mrs Smith itu lantaran sama-sama memiliki followers yang banyak di medos. Di Facebook saja, ‘santri’ al-Arifi ini mencapai 21 juta dan 14 juta orang yang megikuti Twitternya.
Al-Arifi dikenal sebagai ulama kharismatik berhaluan keagamaan yang keras juga kontroversial. Tahun 2007 lalu dalam sebuah acara televisi, ia mengatakan bahwa para suami boleh ‘memukul istrinya secara perlahan’ bila istrinya tidak mematuhi suaminya. Sementara dalam sebuah tweet yang ditulisnya pada tahun 2012, al-Arifi menentang ide bolehnya perempuan bekerja di luar rumah. Meski pernah mempunyai hubungan yang sangat baik dengan keluarga kerajaan dan pemerintahan, al-Arifi pada tahun 2014 pernah mencicipi dinginnya penjara Arab Saudi gara-gara mengecam adanya jaringan kereta yang menghubungkan beberapa tempat suci di Mekkah.