RANCAH POST – Rusia kini tengah menyiagakan sistem pertahanan rudal S-400 di Pangkalan Udara Hmeimim, Suriah. Tindakan tersebut menurut analis militer Vladimir Anokhin, merupakan peringatan keras yang diberikan Rusia terhadap Turki.
Rusia ‘ngamuk’ pasca pesawat tempur F-16 Turki menghancurkan pesawat jet pembom Su-24 milik Rusia yang tengah mengincar markas ISIS di Suriah. Turki menuding bahwa jet tempur Rusia telah melanggar wilayah udaranya, namun pihak Rusia menyangkal dengan menunjukan data dari radar.
Menurut kantor radio Sputnik, Anokhin katakan, “Mengirim (rudal S-400) merupakan hal yang logis. Kami tidak berharap akan ditusuk dari belakang. Setelah insiden ini, Turki merupakan bagian dari koalisi anti-ISIL. Sebelumnya, Rusia dan AS mencapai kesepakatan untuk berbagi informasi,” Kamis (26/11/2015).
Menurut Anokhin, serangan udara Rusia terhadap beberapa kapal tanker dan kilang minyak ISIS di Suriah telah menyentuh ‘area sentral’ Presiden Turki Tayyip Erdogan. Rusia, kata Anokhin, tidak mengkalkulasikan bagaimana berartinya area tersebut bagi Turki.
Dugaan keterkaitan kepentingan minyak antara ISIS dan Turki pun mencuat. Analis politik AS Don Debar mengatakan, pesawat Su-24 Rusia dihancurkan Turki setelah Rusia ‘menyunat’ rute penyelundupan minyak kelompok ISIS ke Turki. Meski, Turki berdalih bahwa kejadian tersebut hanya kebetulan semata.
Debar katakan, “Serangan Rusia ke area pipa minyak ISIS, termasuk konvoi tidak berujung dari truk dan tanker minyak. Ini sangat bisa dimengerti. Saya tidak berpikir bahwa itu merupakan suatu kebetulan.”
Kemenhan Rusia memutuskan menebar S-400 di Suriah sehari pasca pesawat jet pembomnya dihancurkan Turki. Anokhin menegaskan bahwa insiden penembakan pesawat itu sebagai sebuah provokasi, baik dari segi militer maupun politik.