Berita Terkini, RANCAH POST – Loyonya ekonomi dunia turut membuat harga minyak dunia melemah hingga di bawah USD 40/barel. Meski demikian, pemerintah tidak akan menurunkan harga BBM bersubsidi, seperti Premium dan solar pada bulan depan.
Menteri ESDM Sudirman Said katakan, “Harga jual memang lebih tinggi sedikit (dari harga keekonomian), beberapa ratus rupiah,” Minggu (30/08/2015).
Namun, kata Sudirman, pemerintah tidak lantas akan menurunkan harga BBM begitu saja. Selisih kelebihan itu akan digunakan untuk membayar utang ke PT Pertamina. Utang tersebut mencuat karena Pertamina pernah menjual BBM dengan harga di bawah harga keekonomian.
Pada awal Agustus lalu, Dwi Soetjipto selaku Direktur Utama Pertamina mengatakan, ada potensi keuntungan USD1 miliar atau Rp12 triliun yang hilang karena keputusan penetapan harga BBM baru oleh pemerintah. Dengan demikian, Dwi berharap pemerintah tidak akan menurunkan harga Premium ketika harga minyak merosot untuk menutup defisit keuntungan Rp12 triliun tadi.
Selain untuk pembayaran utang, kelebihan dana yang akan dijadikan untuk dana pertahanan energi. Uang itu akan menjadi suntikan modal untuk pembangunan proyek listrik di wilayah terpencil, serta untuk melakukan penimbunan di daerah yang sulit terjangkau. Oleh karena itu, kelangkaan bahan bakar akan teratasi.
Harga patokan minyak mentah AS, light sweet atau WTI (West Texas Intermediate) untuk pengiriman bulan Oktober turun 87 sen menjadi USD 40,45/barel di New York Mercantile Exchange, Jumat lalu. WTI sempat merosot di bawah USD 40/barel untuk pertama kalinya sejak Februari 2009 lalu menjadi USD 39,86.
Sementara di London, harga minyak mentah Brent North untuk pengiriman bulan Oktober turun ke USD 45,46/barel.