RANCAH POST – Referendum telah dilakukan di wilayah Donetsk dan Sloviansk dan kedua kota di wilayah timur Ukraina itu memilih untuk memisahkan diri. Hampir lebih dari separuh dari keseluruhan warga di dua kota itu tidak ingin gabung ke Ukraina.
Saat ini proses penghitungan suara di Donetsk baru mencapai 89 persen. Tetapi menurut pihak komisi referendum pihak separatis menyebutkan, rakyat memilih untuk lepas dari Ukraina.
“Penghitungan saat ini mencapai 89 persen, dan mereka memilih pisah,” ujar Ketua Komisi Referendum Roman Lyagin, seperti dikutip Reuters, Senin (12/5/2014).
Bila Donetsk resmi berpisah dari Ukraina, maka ini akan menjadi kerugian besar bagi Negeri Pecahan Soviet itu. Donetsk adalah wilayah terbesar di timur Ukraina.
Sementara kondisi Sloviank tidak jauh berbeda dengan Donetsk, hampir 100 persen warga memberikan suaranya dalam referendum. Wali Kota setempat pun merasa yakin bahwa warga akan memilih untuk lepas dan membuat pemerintahan sendiri.
Meski militer Ukraina melakukan blokade di setiap jalan di kota, warga seperti tidak terganggu dengan hal tersebut. Mereka terus berdatangan ke lokasi referendum yang dibangun di sekolah, tempat olahraga dan balai kota.
“Pembentukan republik berarti kehidupan yang lebih baik bagi kami. Ini berarti Rusia akan membantu kami,” tutur seorang warga Sloviank, Katya Yutkalo.
Penghitungan suara terakhir menunjukkan 1.345 memilih lepas dari Ukraina, sementara hanya 32 yang menolaknya. Namun referendum ini mendapat penolakan dari Ukraina dan Uni Eropa. Mereka menilai hasil referendum itu ilegal, karena bukan dilakukan oleh Pemerintah Ukraina.