RANCAH POST – Mantan PM Israel Ariel Sharon terus memburuk dia sudah alami kondisi koma selama delapan tahun. Tetapi pihak rumah sakit yang merawatnya mengatakan, Sharon masih dalam kondisi buruk dan dihadapkan pada kematian.
Pria berusia 85 tahun tersebut, menuai kontroversi sebagai otak pembantaian pengungsi Palestina di Lebanon pada 1982. Pembantaian Sabra dan Shatila itu, terjadi di Beirut ketika Israel melakukan invasi ke Lebanon.
Politikus sayap kanan Israel tersebut jatuh koma sejak 2006 usai diserang stroke. Kini dirinya tinggal menunggu ajalnya di Rumah Sakit Tel Hashomer, Tel Aviv.
“Kondisi Sharon masih dalam bahaya menghadapi kematian. Namun jantungnya masih terus bertahan lebih lama dari yang kami perkirakan,” ujar Direktur Rumah Sakit Sheba Medical Center Rumah Sakit Tel Hashomer, Zeev Rotstein. Senin (6/1/2014).
“Pemeriksaan umum dari kami menunjukkan, tidak ada cara untuk melewati krisis ini. Saya makin pesimis melihat keadaannya saat ini. Organ-organ vitalnya tidak berfungsi sama sekali,” tutur Rotstein.
Pihak rumah sakit mengatakan, ada jejak infeksi dalam darah Sharon. Namun pihak dokter tidak bisa melakukan cuci darah karena organ lainnya dalam kondisi memprihatinkan.
Rotstein sepertinya sudah menyerah melakukan perawatan terhadap Sharon. Minggu 5 Januari 2014, dirinya menjelaskan bahwa fungsi organ Sharon terus menurun. Ketika ditanya mengenai apakah Sharon akan menemui ajalnya, Rotstein mengatakan, “Saya kira itu akan terjadi”.
Ariel Sharon dikenal dengan sebutan “buldoser” oleh beberapa pihak di Israel. Dirinya terpilih sebagai Perdana Menteri Israel pada 2001 ketika berlangsung intifada kedua di Palestina.