RANCAH POST – Beberapa bulan terakhir ini sebagian warga sangat merasakan dampak dari kemarau yang berkepanjangan, mulai dari sulitnya menemukan air hingga tidak bisa ditanaminya sawah atau ladang karena memang tidak tersedianya air.
Berbagai cara tentunya sudah dilakukan warga untuk mengatasi kekeringan akibat kemarau panjang ini, salah satunya adalah dengan menggali atau memperdalam sumber mata air atau sumur yang ada. Namun hal itu rupanya tidak banyak membantu, mengingat kemarau ini diiringi dengan tidak tersedianya resapan air yang mulai berkurang karena gundulnya hutan akibat ulah manusia.
Jalan terakhir dan satu-satunya mengatasi kemarau panjang ini tak lain dengan memohon hujan kepada Allah, salah satunya melalui pelaksanaan Shalat istisqa.
Sebagian orang mungkin sudah mengetahui bagaimana tata cara pelaksanaan Shalat istisqa ini. namun, mengingat pelaksanaan Shalat istisqa ini kondisional, tidak menutup kemungkinan masih ada masyarakat yang belum tahu bagaimana pelaksanaan Shalat istisqa ini.
Nah, pada kesempatan kali ini, Rancah Post akan mengulas pelaksanaan Shalat istisqa ini. Berikut ulasannya:
Pengertian Shalat istisqa
Shalat istisqa yaitu shalat yang pelaksanaannya dianjurkan ketika sudah lama hujan tidak turun atau ketika mengeringnya sumber mata air. Shalat istisqa tidak dianjurkan dilaksanakan manakala hujan mulai turun atau air sudah mengalir dari sumber mata air yang telah lama mengering.
Tata Cara Shalat istisqa
Pertama, pemimpin suatu daerah memerintahkan warganya untuk bertaubat, bersedekah kepada fakir miskin, mendamaikan orang yang sedang bertikai atau bermusuhan, dan melaksanakan puasa selama empat hari berturut-turut sebelum melaksanakan shalat istisqa.
Kedua, pemimpin keluar dengan warganya pada hari keempat puasa dengan mengenakan pakaian yang sederhana dan dengan penuh kerendahan hati menuju lapangan untuk melaksanakan shalat berjamaah sebanyak dua rakaat sebagaimana pelaksanaan shalat pada hari raya. Sebagaimana hadits Nabi SAW:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَوَاضِعاً مُتَبَذِّلاً مُتَخَشِّعاً مُتَرَّسِلاً مُتَضَرِّعاً فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَمَا يُصَلِّيْ فِى الْعِيْدِ. رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهَ
“Dari Sayyidina Ibnu Abbas ra, beliau berkata: “Rasulullah SAW keluar dengan penuh tawadhdhu’ (merendahkan diri), compang-camping, penuh kekhusyuan, tidak tergesa-gesa dan memohon dengan penuh kesungguhan, kemudian beliau melakukan Shalat 2 rakaat seperti Shalat di hari raya.” (HR. Imam Ibnu Majah)
Ketiga, setelah melaksanakan shalat kemudian imam berkhutbah dua kali seperti khutbah hari raya. Dalam khutbahnya imam membaca istighfar sebanyak tujuh kali pada khutbah yang pertama, dan membaca Istighfar sebanyak lima kali pada khutbah yang kedua.
Ketika Khotib memulai khutbahnya yang kedua dan telah berlalu 1/3 dari khutbahnya, kemudian khatib menghadap kiblat dan membelakangi jama’ah sambil merubah posisi rida’-nya (sorban yang diletakkan pada bahu) dengan merubah posisi sorban yang tadinya di atas dibalik ke bawah, serta yang kanan dibalik ke kiri dan sebaliknya. Hal ini dimaksudkan sebagai pengharapan kepada Allah SWT agar dirubahnya kondisi kemarau menjadi turun hujan yang penuh dengan rahmat.
Disunnahkan bagi mereka yang melaksanakan shalat istisqa membawa anak kecil, orang tua dan binatang ternak, sebab musibah kemarau ini dirasakan oleh mereka.
Do’a Shalat Istisqa
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سُقْياَ رَحْمَةٍ، وَلاَ تَجْعَلْهَا سُقْياَ عَذَابٍ، وَلاَ مَحْقٍ وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ هَدْمٍ وَلاَ غَرْقٍ. اَللَّهُمَّ عَلَى الظُّرَّابِ وَاْلآكَامِ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ، اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثاً مُغِيْثاً، هَنِيْئاً مَرِيْئاً مُرِيْعاً، سَحاً عَاماً غَدْقاً طَبَقاً مُجَلَّلاً، دَائِماً إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ مِنْ الْجُهْدِ وَالْجُوْعِ وَالضَّنْكِ، مَا لاَ نَشْكُوْ إِلاَّ إِلَيْكَ.اَللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ، وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ اْلأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّاراً، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً.