Berita Terbaru, RANCAH POST – Seperti diketahui Menko Maritim Rizal Ramli beberapa saat yang lalu melontarkan sebuah pernyataan mengejutkan terkait cara hitung pulsa PLN. Ia menyatakan ada mafia dibalik perhitungan tarif pulsa listrik prabayar.
Pernyataan tersebut dikatakan Rizal Ramli pasca mengikuti rapat koordinasi kelistrikan bersama Dirjen Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM Jarman dan Dirut PT PLN Sofyan Basir.
Rizal Ramli katakan, “Ini kecil tapi penting. Rakyat sekarang pakai pulsa listrik. Ini dimonopoli. Dia beli Rp 100.000, tapi isinya hanya Rp 73.000. Ini kejam sekali. Di sini ada mafia besar karena kalau beli pulsa telepon Rp 100.000, paling dipotong tinggal Rp 95.000.”
Menanggapi hal tersebut, salah seorang pemilik akun facebook bernama Haris Firmansyah memberikan penjelasan terkait cara hitung pulsa PLN prabayar. Ini dia detailnya:
Penjelasannya gambar diatas yaitu, Besaran 71,08 kWh inilah yang diinput ke meter melalui token 20 digit. Dan yang bertambah pada meter adalah kWh bukan Rupiah. Besaran yang bertambah di meter adalah 71.08 kWh. Setelah kWh ini ditambahkan, maka yang tertampil di meter adalah 71,08 kWh ditambah sisa kWh meter.
Diperkirakan, masyarakat keliru memahami bahwa yang tercantum dalam struk adalah “Rupiah”. Yang benar, yang tercantum dalam “Listrik yang diperoleh” pada struk adalah “kWh”.
Demikian juga, ketika token 20 digit dimasukan ke meter prabayar, yang bertambah di meter adalah angka “kWh” bukan “Rupiah” seperti top-up pulsa di hand-phone. Dugaan keluhan “beli Rp100 ribu dapat listrik Rp70 ribu” hanyalah miss-prepesi bahwa angka 70-an yang diperoleh adalah dikira ekivalen dengan Rp70 ribu. Sehingga seolah-olah ada mafia yang mengambil Rp30 ribuan.