RANCAH POST – Pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ8501, sempat meminta untuk belok ke kiri guna menghindari awan tebal atau awan cumulonimbus pada pukul 06.17 pagi. Semenit kemudian, Air Traffic Control Bandara Soetta kehilangan kontak dengan Kapten Irianto.
BMKG telah memberikan penjelasan mengenai cuaca pada rute pesawat Air Asia yang hilang kontak itu. Berdasarkan BMKG, terdapat awan cumulonimbus di sekitar rute pesawat Air Asia tersebut. BMKG juga mengungkapkan saat pesawat memasuki awan cumulonimbus ini biasanya akan terjadi guncangan pada badan pesawat.
Awan cumulonimbus adalah awan vertikal yang tumbuh menjulang hingga ketinggian 60 ribu kaki atau 18 km lebih, awan ini terbentuk dari hasil ketidakstabilan atmosfer. Awan cumulonimbus bisa terbentuk dengan sendiri, berkelompok, di sepanjang front dingin pada garis squall. Awan cumulonimbus ini menciptakan petir pada jantung awan. Awan cumulonimbus terbentuk oleh awan cumulus, juga dapat terbentuk kembali menjadi supersel, badai petir besar yang ditakuti para penerbang.
BACA JUGA : Berita Terkini: Penyebab Hilangnya Pesawat Air Asia QZ8501
Cumulonimbus terdiri dari tetes-tetes air pada bagian bawah awan dan tetes-tetes salju atau kristal-kristal es pada bagian atas awan. Terdapat updraft dan downdraft sehingga memungkinkan terjadi sirkulasi. Gesekan partikel awan di dalamnya dapat menimbulkan muatan listrik.
BACA JUGA : Berita Hari Ini: Basarnas, Pesawat Air Asia QZ8501 Kemungkinan Hilang Ditelan Laut
Wajar saja awan cumulonimbus ditakuti penerbang. Sebab awan ini yang paling sering membuat bencana. Karena awan ini merupakan satu-satunya awan yang dapat menghasilkan muatan listrik Tornado alias puting beliung dapat terbentuk hanya melalui awan ini.
Fenomena alam yang kerap terjadi akibat awan cumulonimbus antara lain timbulnya kilat (lightining) dan guntur (thundestorm), hujan lebat, angin kencang, bahkan bisa menimbulkan hujan es.