Review, RANCAH POST – Pada awal April 2020 lalu, Huawei secara resmi mengumumkan kehadiran ponsel bernama Huawei P40 Pro di Indonesia. Bersenjatakan chipset Kirin 990 5G dan membawa setup kamera dengan embel-embel Leica, tentu saja membuat Huawei P40 Pro langsung dilirik oleh para pecinta fotografi mobile.
Namun seperti yang sudah kita ketahui bahwa perang dagang antara China dan Amerika Serikat yang masih belum menemui titik terang berakibat pada hilangnya dukungan GMS alias Google Mobile Service di Huawei P40 Pro.
Kendati demikian, pada kenyataanya ponsel saudara dari Huawei P40 dan P40 Pro Plus ini tetap laris manis di pasaran lantaran banyak diminati oleh para pengguna yang tidak mengkhawatirkan absennya Google Mobile Service dengan alasan jatuh cinta terhadap hasil kameranya yang keren serta tergiur dengan spesifikasi gahar yang ditawarkannya.
Review Huawei P40 Pro: Desain, Kamera dan Performa
Nah, di kesempatan ini saya akan membagikan pengalaman saya memakai ponsel kece ini mulai dari segi desain, layar, performa, kamera dan fitur-fitur lainnya yang barang kali bisa Anda jadikan sebagai bahan pertimbangan.
Saya sendiri diberi kesempatan untuk menguji coba dan melakukan review terhadap ponsel Huawei P40 Pro ini selama satu minggu.
Desain dan Layar
Varian warna Huawei P40 Pro yang saya review adalah Ink Blue (Deep Sea Blue). Ini menjadi warna favorite dan banyak dicari orang-orang. Alasannya cukup sederhana, yaitu karena warna ini kelihatan anggun dan elegan.
Layar ponsel ini melengkung pada keempat sisinya, sedangkan frame-nya tipis pada bagian sisi dan naik seperti ombak di setiap sudutnya.
Mungkin tujuan awal Huawei mendesain layar melengkung pada P40 Pro ini adalah demi durabilitas, namun bagi saya hal tersebut malah menambah kesan premium.
Selain itu, kualitas bahan atau material yang digunakannya menunjukan bahwa Huawei P40 Pro adalah ponsel mewah. Kerennya lagi, meskipun memiliki layar yang luas, yakni 6.58 inci namun Huawei P40 Pro masih nyaman dipegang. Lengkungan pada layar dan bodinya juga menambah kesan mantap dan tipis saat ponsel ini digenggam.
Masih seputar desain, hal yang tak kalah menonjol dari desainnya adalah modul kamera belakang yang besar dan tebal. Pada saat memegang ponsel ini pada bagian kamera maka Anda akan merasa ada yang mengganjal, apalagi jika disimpan dipermukaan yang datar tanpa pengaman (casing) otomatis akan menjadi tidak seimbang.
Akan tetapi saya pribadi tidak keberatan dengan modul kamera yang besar dan tebal tersebut, karena sensor kamera yang tertanam di dalamnya pun memang sangat besar. Terlebih saya pun lebih mementingkan kualitas hasil foto dan video ketimbang tonjolan modul kameranya.
Mungkin yang menjadi nilai minus dari segi desain menurut diri saya pribadi adalah tompel alias lubang kamera yang berada di sudut kiri layar karena ukurannya yang terlalu besar.
Tapi lubang kamera tersebut menyimpan sensor Face Recognition dan 3D Scanning sebagai fitur kemananan. Yang mana sistem ini jelas lebih aman dan bisa digunakan di tempat gelap, berbeda dengan kamera biasa pada umumnya. Manfaat lainnya adalah hasil bokeh yang lebih rapi dan natural pada mode portrait kamera depan.
Kalau boleh milih sih, saya justru lebih suka jika kamera depannya hanya satu saja agar ukuran tompelnya jadi lebih kecil. Pasalnya, untuk urusan keamanan sudah ada fingerprint di layar yang super cepat dan akurat.
Berbicara soal layar, Huawei membekali ponsel ini dengan panel OLED beresolusi Full HD Plus. Perlu digaris bawahi, Huawei bukan hanya sekedar menambah piksel pada bagian panjang layarnya saja, sedangkan lebarnya masih memiliki resolusi yang sama persis. Seperti yang banyak dijumpai pada ponsel keluaran tahun 2020.
Pada Huawei P40 Pro resolusinya ditambah pada bagian panjang dan juga lebar layarnya. Ya, jadi resolusi ponsel ini berada di antara FHD dan QHD. Kerapatannya terbilang cukup tinggi, yaitu 441 pixel per inch (ppi).
Sementara itu refresh rate-nya juga sudah mengalami peningkatan dari seri sebelumnya yang tadinya 60 Hz menjadi 90 Hz. Perbedaan refresh rate ini cukup terasa sehingga memberikan pengalaman scrolling yang lebih smooth dan transisi yang lebih mulus ketimbang layar yang masih 60 Hz.
Selain itu masih ada beberapa pengaturan yang bisa dimanfaatkan untuk merubah karakter warna layar. Tapi saya sudah merasa puas dengan pengaturan yang sudah ada. Untuk kecerahannya sendiri masih terbilang cukup standar, pada mode auto akan mendapatkan kecerahan hingga 500 nits lebih.
Kualitas speakernya pun sudah kencang meski masih memakai mono-speaker tidak seperti para kompetitornya yang sudah menggunakan stereo-speaker.
Performa dan Gaming
Huawei P40 Pro dibekali prosesor HiSilicon Kirin 990 5G. Berdasarkan pengujian yang saya lakukan di AnTuTu Benchmark v8.4.3 ponsel ini meraih skor 388.320 poin yang tentu saja membuatnya masuk ke dalam kategori flagship.
Chip Kirin 990 5G ini memiliki pabrikasi 7 nanometer plus yang menawarkan efisiensi daya dan juga performa. Hal ini akan sangat berpengaruh pada pengalaman scrolling yang nyaman dan mulus apalagi layarnya sudah memakai frame rate tinggi, yaitu 90 Hz.
Animasi pada skin Huawei terkesan smooth saat melakukan buka tutup aplikasi. Untuk main gim berat seperti PUBG Mobile sudah sangat lancar, meskipun belum bisa mendapat settingan paling tinggi Ultra HD.
Frame rate-nya mentok di Ultra jika pilih grafik HDR. Akan tetapi bagi saya pribadi settingan grafik smooth extreme saja sudah lebih dari cukup.
Menariknya, ponsel ini masih adem meski dipakai bermain gim dalam waktu yang lama. Meskipun sesekali saya menjumpai frame drop di dalam gameplay. Namun tetap saja hal tersebut bukanlah masalah berarti buat saya.
Apalagi buat main gim Free Fire, ponsel ini bisa melahapnya dengan lancar jaya di settingan grafik Ultra.
Kerennya lagi, pengurangan baterai saat main gim terbilang cukup efisien. Untuk bermain game PUBG Mobile selama lebih dari 90 menit baterainya hanya berkurang 30%. Sementara untuk penggunaan aplikasi sosial media dapat screen on time sekitar 7 hingga 9 jam.
Pengisian dayanya juga sangat cepat, karena hanya membutuhkan waktu 54 menit saja untuk mengisi daya baterai dari kondisi 5% hingga terisi penuh 100%.
Kamera
Sama seperti ponsel sebelumnya, Huawei benar-benar memperhatikan bagian ini dengan menyematkan hardware terbaik di semua kamera yang dimilikinya. Bukan hanya pada kamera utamanya saja, Huawei P40 Pro dilengkapi empat kamera belakang dan dua kamera depan.
Keempat kamera belakangnya terdiri dari kamera ultrawide 40 megapiksel dengan sensor RGGB, ukuran sensornya adalah yang terbesar diantara kamera ultrawide yang ada di ponsel lain.
Sedangkan kamera utamanya 50 megapiksel dengan sensor RYYB Sony IMX700 dan juga termasuk yang paling besar dari para pesaingnya.
Kamera periscope-nya beresolusi 12 megapiksel bersensor RYYB sama seperti kamera utamanya dengan lensa 125 mm atau 5x optical zoom dan yang terakhir adalah lensa ToF 3D sebagai kinerja depth sensing.
Kamera depannya beresolusi 32 megapiksel dengan auto focus. Nah, fitur auto focus di kamera depan Huawei P40 Pro ini sudah sangat akurat dan tidak ada masalah walaupun di tempat minim cahaya.
Untuk hasil fotonya sudah jelas masuk ke dalam kategori flagship lantaran mampu memberikan hasil jepretan memuaskan di berbagai kondisi.
Sensor ultrawide-nya sendiri memiliki ukuran 18 mm, jadi tidak selebar kamera ultrawide di ponsel-ponsel lain yang biasanya berkisar dari 13 mm hingga 16 mm. Hasilnya sangat mengesankan dengan warna natural dan dynamic range yang tinggi.
Detailnya pun sudah baik untuk itungan kamera ultrawide. Nilai positif tambahan untuk lensa yang tidak begitu lebar adalah hasil fotonya yang tidak memiliki distorsi dan untuk foto di tempat gelap Huawei P40 Pro tetap yang terbaik.
Kamera utamanya memiliki lensa 23 mm yang mana terbilang lebar dibanding kamera utama di ponsel lain yang biasanya berukuran 26 mm sampai 28 mm.
Untuk kualitas dari hasil foto kamera utama juga sangat baik, dynamic range sangat lebar ponsel ini masih bisa mendapatkan detail di bagian gelap dan terang dengan mudah.
Dengan ukuran sensor yang besar maka ponsel ini memiliki depth of field atau rentang fokus yang sempit. Tentu saja hal ini menjadi kelebihan karena bokeh yang dihasilkan lebih alami.
Pada keadaan low light menurut saya ponsel ini adalah yang terbaik. Lantaran di tempat gelap sekalipun yang mana saya sendiri sudah kesusahan melihat, kamera Huawei P40 Pro ini mampu menangkap foto dengan hasil dari kondisi sebenarnya.
Selain itu, dengan sensor sebesar itu saya juga bisa mengambil foto astrofotografi. Foto yang dihasilkan oleh kamera telephoto juga sudah cukup keren, detailnya pun sudah bagus banget.
Pada Zoom 10x lebih maka saya langsung tersadar bahwa ponsel ini bisa melihat objek yang jauh lebih baik dari yang saya lihat langsung.
Kamera ini juga punya auto focus dan optical image stabilization (OIS), hasilnya juga lumayan keren dan tidak terlihat jika foto yang dihasilkan diambil dengan menggunakan smartphone.
Hal yang lebih kerennya lagi adalah ketiga kamera ini mendapatkan perhatian yang sama dengan kamera utama lantaran mampu memanfaatkan hampir semua fitur yang ada. Seperti mode Pro, timelapse dan lain-lain.
Sedangkan untuk perekaman videonya, semuanya bisa merekam 4K 60fps. Kecuali kamera telephoto yang mentok di 4K 30fps. Jadi kalau saya setting ke resolusi 4K 60fps maka kamera telephoto tidak akan aktif.
AppGallery
Sekarang kita beralih ke sistem operasi. Ya, Google telah direnggut dari Huawei bahkan sebelum P40 Pro ini dilahirkan. Kalau boleh jujur ini adalah pengalaman perdana saya memakai ponsel tanpa Google.
Oleh sebab itu, saya belum memiliki gambaran apapun perihal ponsel tanpa Google. Namun setelah dicoba, saya sendiri merasa terkejut. Pasalnya, menurut pendapat diri saya pribadi hilangnya Google di ponsel ini tidak terlalu berpengaruh besar.
Meskipun beberapa aplikasi Google seperti YouTube, Google Dokumen, Google Drive dan lain-lain tidak bisa digunakan di ponsel ini, namun hal itu justru mengubah cara pandang saya untuk tidak terlalu menggantungkan hidup pada aplikasi-aplikasi Google atau bisa di istilahkan keluar dari zona nyaman.
Hilangnya Play Store juga menjadi tantangan tersendiri bagi saya ketika hendak mendownload aplikasi. Untungnya Huawei menyediakan AppGallery sebagai toko aplikasi yang juga berperan sebagai pengelola pembaruan aplikasi.
Kendati ekosistem di AppGallery masih belum lengkap, saya masih bisa mengakalinya dengan mendownload aplikasi yang saya butuhkan dari APKPure.
Daya tarik lain yang ditawarkan oleh Huawei P40 Pro adalah keberadaan aplikasi Petal Search Widget – Finds Apps yang merupakan mesin pencari aplikasi.
Petal Search Widget bisa diunduh secara gratis dari AppGallery sebagai solusi lain untuk menemukan, menjelajahi dan mengunduh aplikasi yang diperlukan dengan cara mudah.
Aplikasi ini akan mencari apk untuk aplikasi yang dicari dari berbagai sumber, baik dari AppGallery maupun dari toko aplikasi pihak ketiga.
Kesimpulan
Setelah saya melakukan review terhadap Huawei P40 Pro ini ternyata hidup tanpa Play Store itu ternyata tidak semustahil yang diperkirakan.
Bahkan hanya dalam kurun waktu 6 bulan saja, Huawei melalui toko aplikasi resminya AppGallery dan Petal Sreach Widget memberikan kemudahan mendapatkan aplikasi.
Bahkan, beberapa aplikasi populer seperti Facebook dan WhatsApp pun sudah menyediakan laplikasi mereka langsung di website resminya sendiri.
Menarik untuk dinantikan apa yang akan terjadi dalam 6 bulan ke depan? Saya sendiri curiga bahwa dalam waktu dekat, akan makin mudah untuk tidak bergantung pada Google Play Store. Disi lain hal ini juga bisa membahayakan bagi Google. Mari kita tunggu saja perkembangannya.
Cukup sekian review Huawei P40 Pro dari saya, sampai jumpa di artikel review ponsel lain selanjutnya.