Berita Nasional, RANCAH POST – Kericuhan antara aparat dengan warga masyarakat Adat Raja Na Opat Sigapiton di Kabupaten Toba Samosir kembali memanas. Bentrok antar warga dan aparat bermula dari masalah sengketa lahan.
Sebanyak 20 ibu-ibu di Desa Sigapiton Kecamatan Ajibata, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara, melakukan aksi berontak dengan cara buka baju untuk melawan aparat keamanan yang dikerahkan Badan Otorita Danau Toba, Kamis 12 September 2019 siang.
Aksi ibu-ibu buka baju dan hadang aparat itu dilakukan bukan tanpa alasan, mereka tak terima tanah adat mereka digusur dan dibabat habis oleh alat-alat berat yang dikerahkan ke lokasi sejak pagi untuk meratakan lahan.
Lahan tersebut yang akan digunakan untuk pembukaan jalan pariwisata yang dikelola oleh BPODT.
Aksi ricuh ibu-ibu buka baju dan hadang aparat tersebut terjadi sekitar pukul 13.00 WIB, di mana pada saat itu alat berat yang sedang turun dikerahkan oleh BPODT dikawal ratusan aparat TNI dan Polri memaksa masuk ke lokasi lahan tersebut.
Tak terima tanah adat sekaligus lahan mereka dibabat habis oleh alat-alat berat. Ibu-ibu yang melihat pun langsung menanggalkan pakaiannya dan hanya menggunakan pakian dalam saja.
Ibu-ibu yang nekat buka baju dan hadang aparat tersebut menganggap bahwa pembangunan yang akan dilaksanakan itu melewati daerah pemakaman dan juga ladang milik masyarakat.
Sebelumnya, pada Sabtu (7/09/2019), masyarakat telah bertemu dengan Menko Maritim Luhur Binsar Panjaitan, Pemkab Tobasa dan Pihak BPODT.
Dalam pertemuan tersebut semua pihak membahas perihal pembukaan jalan, dan Luhut pun sudah menegaskan akan menjamin seluruh masyarakat tidak akan dirugikan.
Namun saat BPODT bersama aparat mengirim alat berat masuk dan membuka jalan dari Nomadic Kaldera Toba Escape menuju Batu Silali masyarakat menjadi naik pitam.
Kaum ibu dari masyarakat Adat Raja Na Opat Sigapiton berubah menjadi sangat histeris dan berbuat nekat melepas pakaiannya dan menghalau aparat yang membawa alat berat hanya dengan menggunakan pakaian dalam saja.
Togi Butar-butar, salah satu tokoh masyarakat setempat mengatakan masalah perundingan belum selesai dilaksanakan secara tuntas.
BACA JUGA: Kawal Aksi Demo, 4 Anggota Polisi di Cianjur Terbakar
“Padahal kan saat pertemuan dengan Pak Luhut Sabtu lalu, soal pembukaan jalan ini harus dirundingkan kembali dengan kami. Kenapa langsung dipaksakan?” kata Togi.