RANCAH POST – Media sosial mendadak ramai dengan sosok kader Partai Demokrat bernama Zara Zettira. Bukan karena prestasi, namun cuitan kontroversialnya di media sosial Twitter belum lama ini.
Melalui akun Twitternya, Zara menyoroti permasalahan korupsi yang terjadi di Kementerian Agama setelah sebelumnya mengunggah berita dengan judul ‘Skandal Bertubi-tubi di Kemenag, Kasir Pun Bisa Korupsi 3,3 Miliar’.
Dalam unggahannya tersebut, Zara Zettira menuliskan ‘Tradisi Pesantren jangan dibawa ke Kementrian, camkan!’.
Tak ayal lagi, cuitan Zara Zettira yang kini sudah tidak ditemukan lagi itu dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap pesantren. Tagar #ZarazettiraHinaPesantren pun langsung trending dan ramai dibahas netizen.
Sebagaimana dihimpun, salah satu pengguna Twitter yang tak terima dengan cuitan Zara Zettira adalah akun #Ansorockboyo @rizamsyafiq.
“Siapun dirimu Zara Zettira (yg saat ini tutup akun), demi Allah penguasa langit & bumi, tidak satu pesantren pun yg mengajarkan korupsi. Kami tidK terima dg kata2mu ini. Ini penghinaan pd almamater & para kiai yg mendoakan siang mala untuk para santri #ZarazettiraHinaPesantren,” cuitnya.
Sementara itu, atas banyaknya respon terhadap cuitan Zara Zettira yang dianggap menghina pesantren tersebut, politisi Partai Demokrat lainnya menyampaikan permintaan maaf.
“Jika benar twett ini dr kakak saya kak @zarazettirazr, mendahului beliau agar soal ini tdk terus jadi polemik, saya pribadi minta maaf kpd teman² pesantren dan khususnya sahabat² saya dari NU yg tersinggung atas twett tsb. Dari hati yg paling dalam saya minta maaf.🙏@nu_online,” cuit Jansen Sitindaon.
Cuitan Jansen pun direspon beragam oleh netizen lainnya.
Arthuria Pendragon: “Dari dulu mbak Zarra suka tebar fitnah dan hoax. Padahal karirnya bagus sebagai penulis. Bukan seperti ini kalau dia anggap fitnah dan hoax itu untuk pengalihan rasa sakit akibat penyakit yang dideritanya. Cepat pulih mbak Zarra dan stop tebar hoax.”
v1y4n+: “tinggal sudut pandangnya melihat ungkapan itu..Dari sisi bahasa itu saya liat dia mengingatkan, jangan tradisi pesantren yg biasa disebut bisyaroh itu dijadikan alasan untuk melegalkan jual beli jabatan di kemenag.Karena itu hal yg berbeda. “Bisyaroh bkn tradisi tranksaksional”.”