RANCAH POST – Kisah toleransi yang terjadi di Majenang Cilacap, Selasa (28/5/2019) silam bisa menjadi contoh indahnya kerukunan antar umat beragama.
Kala itu, sebuah saresehan dan buka bersama digelar oleh komunitas Nasrani dan Muslim. Lokasinya, berada di Gereja Paroki Theresia, Majenang Kabupaten Cilacap.
Yang kemudian menjadikan acara itu viral adalah ketika seorang budayawan dan tokoh NU setempat yang bernama Ahmad Tohari sholat di gereja.
Dalam foto yang sangat ikonik tersebut, Ahmad Tohari yang menjadi imam bersama dengan warga Muslim lainnya tengah ruku’ dengan latar belakang foto berupa patung Bunda Maria dan Yesus.
Dengan beredarnya foto tersebut, timbul pro dan kontra.
Dikatakan Ahmad Tohari, ia bersama dengan pembicara dalam acara tersebut shalat di gereja. Panitia memang secara khusus menyediakan tempat di bagian dalam gereja untuk tempat beribadah warga Muslim.
“Saya sebelumnya pernah mengisi acara yang dilaksanakan lembaga katolik. Kebetulan waktu itu bersamaan dengan waktu shalat dan sudah tak ada waktu lagi, saya pun segera shalat di lingkungan gereja,” terang Tohari.
Tohari menyadari, peribadatan yang dilakukan seorang Muslim di gereja akan menciptakan pro dan kontra.
Kendati demikian, Tohari punya alasan kuat shalat di gereja. Menurutnya, perbedaan agama bukan menjadi halangan untuk saling membantu dan menghargai.
Diungkap Tohari, Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat pernah kedatangan rombongan non Muslim. Ketika tiba waktu beribadah, rombongan tersebut meminta izin untuk bisa beribadah di rumah Rasulullah.
Rasul pun tak mempermasalahkan ketika rombongan non Muslim tersebut melakukan peribadatan di rumahnya.
“Saya ingin memperlihatkan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin. Kebetulan saya shalat di bumi milik Allah yang di sana didirikan sebuah gereja,” kata Tohari.
Sementara itu diutarakan panitia acara, Imam Hamidi, acara buka bersama memang bertepatan dengan waktu shalat Magrib, sedangkan jarak ke masjid dari gereja cukup jauh.
Atas kesepakatan tokoh agama, panitia meminjam sajadah dan karpet dari salah satu mushola. Kemudian, karpet dan sajadah itu dipasang di aula gereja agar warga Muslim bisa melaksanakan shalat.
“Kita siapkan tempat supaya teman-teman tidak susah untuk shalat karena memang mushala dan masjid jaraknya agak jauh,” ujar Imam.