RANCAH POST – Kota Kendari Sulawesi Tenggara beberapa pekan terakhir ini digegerkan dengan kasus penculikan anak di bawah umur disertai pencabulan.
Menurut keterangan Polres Kendari, sedikitnya enam anak menjadi korban penculikan dan pencabulan tersebut.
Kasus penculikan anak di Kendari mulai terendus awak media pada Jumat (26/4/2019) silam. Kala itu, dua anak yang berasal dari Kelurahan Kemaraya, Kecamatan Kendari Barat ditemukan dengan kondisi berdarah.
Tadinya kedua anak tersebut hendak ke apotek, namun di tengah perjalanan mereka bertemu dengan pelaku. Mengaku sebagai teman orangtua mereka, pelaku mengajak kedua korban jalan-jalan hingga akhirnya mencabulinya.
Kejadian serupa juga terjadi keesokan harinya di Kecamatan Poasia, seorang anak diculik ketika berada di Pasar.
Modus pelaku pencabulan anak di Kendari itu sama, ia mengaku sebagai rekan dari orangtua korban.
Bukan itu saja, kasus penculikan anak di Kendari juga terjadi Senin (29/4/2019) kemarin. Polres Kendari menerima laporan adanya sejumlah anak hilang sepulang sekolah.
Menurut Kapolres Kendari, AKBP Jimi Junaedi, kali ini pelaku pencabulan anak di Kendari itu mengaku sebagai keluarga korban.
Usai berhasil menyakinkan korban kalau pelaku adalah kerabatnya, korban dibawa ke hutan Nanga-Nanga.
“Di lokasi itu terjadi pencabulan terhadap korban,” terang Jimi.
Dalam kejadian yang terakhir tersebut, polisi yang melakukan pengejaran sempat berpapasan dengan pelaku yang mengendarai motor bersama korbannya.
Mengetahui dikejar polisi, pelaku lari ke hutan Nanga-Nanga. Pengejaran pelaku pencabulan anak di Kendari kemudian melibatkan TNI lantaran pelaku diketahui sebagai anggota TNI yang disersi.
“Yang bersangkutan disersi dari Yonif 725/Woroagi dan tak lagi tercatat sebagai anggota TNI sejak tahun yang lalu,” ungkap Dandim 1417/Kendari, Letkol Fajar Lutvi Haris Wijaya.
Hingga akhirnya, Rabu (1/5/2019), pelaku pencabulan anak di Kendari berinisial AP itu berhasil diringkus di hutan Nanga-Nanga.
Warga yang mengetahui penangkapan pelaku kemudian berusaha menghakiminya, aparat pun terpaksa melepaskan tembakan untuk membubarkan massa.