RANCAH POST – Tersandung kasus dugaan suap revitalisasi pasar, Bupati Talaud Sri Wahyumi Maria Manalip diringkus Komisi Pemberantasan Korupsi.
Mengenakan rompi oranye, Bupati Kepulauan Talaud Sri Wahyumi Maria Manalip keluar dari gedung KPK pada Rabu (1/5/2019) dini hari tadi sekitar pukul 02.05 WIB.
Meski demikian, Bupati Sri Wahyumi Maria Manalip membantah kalau dirinya menerima suap.
“Saya dituduh melakukan, saya disebut menerima hadiah. Saya tidak tahu, barangnya tidak ada sama saya, saya siap membuktikan kalau barang itu tidak ada di saya,” kata Sri Wahyumi.
Selain Bupati Talaud, KPK juga mengamankan dua orang lainnya, Bernhard Hanafi Kalalo dan Benhur Lalenoh. Bersama dengan Sri, Benhur diduga sebagai penerima suap, sedangkan Bernard diduga sebagai pemberi suap.
Bupati Talaud diduga tak hanya menerima uang puluhan juta, namun juga sejumlah barang mewah yang merupakan bagian dari fee 10 persen yang dimintanya.
Barang-barang mewah itu di antaranya cincin berlian senilai Rp76 juta, anting berlian Rp32 juta, tas Channel Rp97 juta, tas Balenciaga Rp33 juta, dan jam tangan Rolex senilai Rp224 juta.
“Uang dan barang yang diberikan diduga berkenaan dengan dua proyek revitalisasi pasar di Talaud, Pasar Beo dan Pasar Lirung,” ujar Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan.
Masih dikatakan Basaria, pemberian barang mewah dari Bernard yang diketahui sebagai pengusaha itu agar Bupati Talaud tersebut merasa senang. Hal tersebut sebagaimana penuturan Benhur.
“Kalau barangnya asli atau KW kita belum tanyakan, tapi dari pemeriksaan terhadap Benhur, dia memang memberi saran agar membeli tas branded supaya ketika ulang tahunnya yang jatuh pada Mei mendatang Sri merasa senang,” kata Basaria.
Sebagaimana dihimpun, Bupati Kep. Talaud yang terkena OTT KPK itu diketahui sebagai kader dari Partai Hanura.
Namun dengan kasus yang menjeratnya tersebut, Hanura tak akan memberikan bantuan hukum. “Tidak ada,” kata Sekjen Hanura Herry Lontung.