RANCAH POST – Setiap orang yang menjalankan usaha, entah itu dagang ataupun yang lainnya, tentunya mereka berharap akan mendapatkan keuntungan.
Tapi dua penjual kopi seduh di depan Kantor KPU Kota Tangerang Selatan ini justru malah buntung. Mereka adalah Naryo dan Ratna.
Naryo dan Ratna berharap akan mendapat untung banyak saat calon-calon anggota legislatif dan massa partai-partai politik membeludak di kantor KPU Tangsel.
Tepatnya di Jalan Buana Kencana, Rawa Buntu, Kecamatan Serpong, ketika melakukan pendaftaran bacaleg untuk Pemilu 2019 mendatang.
Kopi dan dagangan mereka memang laris saat kantor KPU dipenuhi oleh para bacaleg. Tapi sayang, banyak dari mereka yang ternyata tidak membayar setelah menikmati dagangan mereka.
Pria 54 tahun dan wanita 53 tahun itu merupakan pasangan suami istri. Kantor KPU sendiri merupakan tempat mereka sehari-hari mangkal asongan yang berupa kopi dan makanan.
Bagi mereka, musim pendaftaran caleg merupakan hajatan besar untuk meraup banyak keuntungan.
Tidak terkecuali pada Selasa (17/7) minggu lalu, yang merupakan hari terakhir pendaftaran bacaleg, tepatnya saat Partai Berkarya bersama bacaleg, simpatisan dan kadernya ke KPU untuk mendaftar.
Ratna menuturkan kalau saat itu para simpatisan dan kader Partai Berkarya memesan puluhan kopi seduh dalam gelas, teh serta minuman lainnya. Tapi sayang, itu semua tidak dibayar.
Kala itu, Pujiono yang merupakan pentolan partai besutan putra bungsu Soeharto, yakni Tommy Soeharto meminta ia dan suaminya untuk memberikan apapun yang diinginkan oleh anggotanya.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, begitu pikir Ratna dan Naryo setelah mendapat janji manis dari Pujiono yang katanya akan membayar itu semua.
Tanpa berpikir lama, mereka pun langsung memenuhi setiap pesanan kader Partai Berkarya itu.
Ratna dan Naryo pun baru merasakan kegetiran janji dari sang politikus itu saat hari sudah beranjak larut. Rombongan Partai Berkarya pun mulai bubar.
Dari jumlah total pembayaran Rp 649 ribu hanya dibayar Rp 130 ribu, jadi Pujiono masih berhutang sebesar Rp 519 ribu.
Naryo dan Ratna pun kesal serta mendesak Pujiono untuk langsung membayar sisa utang pada hari, jam, menit dan detik itu juga.
BACA JUGA: KISAH PILU Pak Tua Penjual Rokok Asongan di Pasar Minggu Gugah Hati Netizen
Seminggu berlalu, sisa utang itu belum juga dibayar. Ratna mengakui kalau ia dan sang suami sudah mencoba menghubungi sejumlah pengurus Partai Berkarya, tapi jawaban yang didapat hanya janji-janji manis saja.