RANCAH POST – Beberapa hari yang lalu publik sempat dihebohkan dengan adanya tumpukan batu di salah satu sungai yang ada di Sukabumi Jawa Barat.
Namun lantaran dianggap berbau mistis, tumpukan batu di Sukabumi tersebut dihancurkan oleh aparat berwenang setempat.
Fenomena batu bertumpuk juga ada di Ngawi. Berbeda dengan di Sukabumi, batu yang disusun itu justru dijadikan sebagai seni budaya yang dilestarikan.
Batu bertumpuk itu bisa ditemukan di sungai yang melintas di obyek wisata dan bumi perkemahan Selondo di Dusun Gagar Desa Ngrayudan Kecamatan Jogorogo.
Kegiatan menyusun batu tersebut sudah dilestarikan sejak 2 tahun yang lalu oleh pemuda yang tergabung dalam kelompok bernama Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata).
“Ide batu bersusun ini bermula dari hobi warga saat mandi di sungai. Di kala senggang, mereka menumpuk batu,” terang Ketua Pokdarwis Zainul Tohar, Minggu (4/2/2018).
“Kegiatan ini tak hanya membutuhkan kesabaran, tapi juga konsentrasi tinggi sehingga akhirnya dibudayakan dalam sebuah festival,” tambah Zainul.
Masih dikatakan Zainul, kegiatan menumpuk batu ini harus dilestarikan untuk mengangkat potensi wisata yang ada di Kabupaten Ngawi.
Tak hanya menyusun batu, pengunjung juga bisa berkemah di bawah rindangnya pohon pinus di tempat tersebut. “Bagi mereka yang suka berkemah, bisa bermalam di area hutan pinus yang rindang,” ucap Zainul.
Menanggapi penghancuran batu bertumpuk di Sukabumi, Zainul sangat menyayangkannya.
Adapun sebagaimana dikatakan Kepala Desa Ngrayudan Suwarno, pihaknya dan pemerintah daerah sangat mendukung adanya kegiatan/budaya menumpuk batu itu.
Perlombaan batu bertumpuk yang dikemas dalam Festival Gravitasi Bumi pun dihelat setiap satu tahun sekali pada bulan Agustus.
BACA JUGA: Khawatir Menjurus Kemusyrikan dan Jatuh Korban Jiwa, Batu Bertumpuk di Sukabumi Dibongkar
“Kami dari perangkat desa sangat mendukung kegiatan ini demi mengangkat potensi wisata desa dan potensi wisata Kabupaten Ngawi,” ucap Suwarno.