RANCAH POST – Belakangan ini para penikmat dunia maya memang tengah geram-geramnya, dibuat bingung dan kalangkabut oleh berbagai media ‘palsu’ yang menyebarkan berita ‘Hoax’ atau berita bohong.
Hingga bahkan banyak para pengguna internet yang kesulitan membedakan mana berita yang benar-benar asli atau yang benar-benar palsu, karena jumlah situs penyebar Hoax yang makin meningkat.
Mengatasi masalah ini, Google ternyata memiliki solusi tersendiri. Situs pencarian yang dikatakan sebagai pilihan pertama pengguna internet ini jelas harus bisa bergerak di baris depan, melawan peredaran berita dan kabar palsu oleh pihak tak bertanggung jawab. Terutama mengingat betapa banyaknya pengguna internet yang mengandalkan Google sebagai gerbang sumber informasi.
Nah, dalam usahanya mengantisipasi hal tidak diinginkan dalam kasusu ‘Hoax’ ini, Google mulai menambah sebuah fitur baru, yang akan memberikan cap pada setiap artikel di hasil pencarian Google.
Cap ini bertuluskan ‘Benar’, ‘Salah’, dan ‘Belum dapat dipastikan sebelumnya’. Label atau tanda ini disematkan Google pada berita asli dan berita Hoax, melalui kerja sama dengan pihak ketiga yang bertugas melakukan crosscheck terhadap kebenaran dari berita tersebut.
Selain memberikan klaim, atau label “benar” dan “salah”, Google juga akan menyandingkan berita tersebut dengan berita hasil kroscek.
Selain pihak ketiga yang bekerja sama dengan Google, perusahaan pencari ini juga mengajak pengguna untuk turut memberkan feedback, jika dirasa ada hasil pemeriksaan (kroscek) yang anggal.
Hal ini diharapkan bisa lebih membantu pihak Google dan tim terkait khususnya, dalam mengembangkan dan mengaplikasikan layanan baru tersebut.
Google sendiri diketahui pertama kali menguji fitur ini pada tahun 2016 lalu, sebelum pemilu presiden AS dimulai. Mereka juga bekerja sama dengan lembaga pemeriksa non-partisan seperti Politifact dan Snopes, yang menurut Google saat ini sudah berkembang menjadi lebih dari 115 organisasi.
Fitur ini juga akan bisa dinikmati seluruh pengguna Google di seluruh dunia, terlepas dari bahasa apa yang mereka gunakan.
Namun demikian, fitur baru ini masih dalam tahap perkembangan, dan belum bisa berjalan sempurna. Proses verifikasi yang berjalan lambat terkesan berbanding terbalik dengan proses penyebaran Hoax yang dapat meluas seketika.
Selain Google, Facebook juga kabarnya mulai bergerak. Perusahaan asuhan Mark Zuckerberg ini dikatakan mulai memberikan peringatan keras kepada para pengguna yang menyebarkan isu tidak benar.