RANCAH POST – Hari Jum’at lalu, Samsung telah merilis laporan pendapatan merek di kuartal ke-3 2016. Berdasarkan laporan tersebut, Samsung tercatat berhasil mengantongi laba usaha sekitar USD7 miliar atau setara Rp91 triliun. Sementara penjualan yang mereka lakukan mampu mencapai angka USD44 miliar atau sekitar Rp571 triliun.
Laporan ini jelas membuktikan jika pendapatan Samsung kini telah meningkat hingga sekitar USD 3,6 miliar atau setara Rp46,7 triliun, jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.
Padahal selama ini kita semua tahu, bahwa banyak analis yang berpendapat jika Samsung akan mendapat kerugian besar, setelah melakukan recall yang begitu dahsyat setelah kasus meledaknya Samsung Galaxy Note 7.
Dari periode Juli hingga September ini, analis memprediksi bahwa penjualan Samsung bakal menurun, disebabkan adanya masalah pada baterai Samsung Galaxy Note 7, yang mulai marak bulan September lalu, sesaat setelah ponsel ini diresmikan.
Jelas, bahwa masalah yang disebabkan dari recall Samsung Galaxy Note 7 bukanlah masalah kecil. Namun bagaimana bisa Samsung tidak merugi?
Usut punya usut, kenaikan laba ini didapat Samsung dari sisi lain. Yap, bukan dari bisnis perangkat mobile miliknya, melainkan dari divisi lain yang dimiliki Samsung.
Menurut Analis IBK Security Lee Seung-woo, bisnis yang menyumbang keuntungan terbanyak kepada Samsung saat ini adalah bisnis semikonduktor mereka. “Harga perangkat semikonduktor selalu meningkat dalam beberapa bulan terakhir ini, hal ini juga tidak terjadi pada Samsung saja, namun juga pesaing terkuatnya, Intel,” tutur Lee.
Jika saja Samsung mampu mempertahankan kondisi ini paling tidak, maka mungkin laba mereka akan makin naik tahun depan. Namun divisi Mobile harus mampu bertanggung jawab dan tetap anteng tanpa masalah.
Di sisi lain, nasib Samsung Galaxy Note 7 sendiri masih belum menentu saat ini, apakah bisa menyelamatkan Samsung atau makin mempersulit kondisi perusahaan Korea Selatan tersebut?