RANCAH POST – Siswi SMAN 4 Bandung Dvijatma Puspita Rahmani harus menelan kekecewaan lantaran dirinya tidak naik kelas. Padahal di sekolahnya, siswi ini dikenal memiliki prestasi dan merupakan pelajar yang baik.
Meski baik dan berpretasi, gadis berusia 16 tahun yang akrab dipanggil Puspita ini tetap saja tinggal kelas lantaran pada mata pelajaran matematika ia mendapatkan nilai 0 (nol). Peristiwa ini terjadi kala kondisi sakit Puspita memaksanya tidak bisa mengikuti pembelajaran di sekolah seperti biasa.
Tak hanya Puspita yang kecewa, sang ayah, Danny Daud Setiana juga merasakan hal yang sama. Selama ini, menurutnya, anaknya tersebut tidak memiliki masalah sedikitpun dengan pihak sekolah. “Tidak pernah ada panggilan dari sekolah kepada kami, jadi kami merasa semuanya baik-baik saja,” kata Danny, Senin (5/9/2016).
Masih dikatakan Danny, kini Puspita sudah pindah ke salah satu sekolah swasta di Kota Bandung. “Kami sudah pindahkan sekolahnya ke SMA Miftahul Khair, tapi dari SMAN 4 Bandung pun kami belum mengundurkan diri,” ujarnya.
Bila tidak tinggal kelas, Puspita seharusnya duduk di kelas XI dan di sekolahnya yang baru ia pun harus duduk di kelas X. “Anak saya sudah sekolah lagi seperti biasa. Namun ia masih membutuhkan pendampingan yang lebih intens lantaran kondisi psikologisnya masih belum stabil,” jelasnya.
Tak hanya sakit, ikut sertanya Puspita pada ajang Olimpiade Biologi Tingkat Wilayah mewakili SMAN 4 Bandung juga yang menyebabkannya absen di sekolah. Hal ini sesuai dengan SK kepala SMAN 4 Bandung yang mengharuskan mengikuti kelas pembinaan. Namun justru hal ini dipandang lain oleh guru yang lainnya.
Ada guru Bahasa Indonesia yang memarahi dia, dia bilang penting mana pelajaran Biologi sama pelajaran Bahasa Indonesia? Selain itu guru matematikanya juga bilang hal yang sama, menurut dia, anak saya enggak akan pernah menang kalau melawan guru. Guru matematika ini juga mengancam tidak akan memberi nilai pada anak saya dan akhirnya benar nilai matematikanya nol.
Masih dikatakan Danny, dengan adanya kejadian yang menimpa anaknya tersebut, dirinya merasa heran. Sebab di sisi lain anaknya dipercayai menjadi perwakilan sekolah untuk mengikuti olimpiade, tapi di sisi yang lain anaknya justru dimarahi oleh guru yang lain.