BERITA CIAMIS, RANCAH POST – Sebuah insiden pemukulan yang dilakukan oleh oknum anggota DPRD Ciamis dengan inisial GMY terhadap seorang supir truk dalam sebuah kecelakaan yang melibatkan keduanya hingga saat ini masih menjadi pembicaraan hangat publik.
Menurut penuturan Dafid Firdaus dari LSM Trust Institute, anggota DPRD CIamis tersebut tak selayaknya berlaku arogan, sebab bagi masyarakat ia adalah publik figur.
“Rusaknya kendaraan akibat kecelakaan pasti membuat ksal siapa saja. Namun jika dibarengi dengan emosi yang tidak dikontrol, hal ini bisa berbuntut panjang,” ujar Dafid, beberapa pekan lalu.
Dikatakan Dafid, banyak kecelakaan yang menimpa setiap orang, namun mereka memilih untuk menyelesaikan kasus tersebut melalui kepolisian tanpa melakukan tindakan pemukulan atau penganiayaan.
“Oknum anggota DPRD Ciamis melakukan kesalahan yang besar, apalagi ia melakukan tindakan tersebut hanya karena kesal terhadap orang yang juga mengalami insiden kecelakaan itu,” katanya.
Bila perlu, ditegaskan oleh Dafid, kasus pemukulan yang terjadi saat insiden kecelakaan itu diselesaikan melalui jalur
hukum. Hal ini dimaksudkan guna memberi efek jera terhadap perilaku oknum anggota DPRD Ciamis itu.
Endin Lidinilah, Sekertaris LPPM Universitas Galuh Ciamis mengatakan, arogansi oknum anggota DPRD CIamis yang berasal dari partai berlambang beringin itu sudah terjadi beberapa kali.
“Salah satu kasus yang menyeret GMY dan publik masih mengingatnya adalah kasus Kamiyoku. Ia melakukan pembantingan koran terhadap anggota DPRD Ciamis lainnya. Sekarang, ia terlibat insiden pemukulan sopir truk saat terjadi kecelakaan yang menimpa keduanya,” tuturnya.
Sebagaimana dilansir Harapan Rakyat, dengan beberapa rentetan kasus yang menimpanya, seharusnya GMY introspeksi diri dan berpikir apakah masih layak atau tidak menjadi wakil rakyat. Sebab hal ini mencoreng nama institusi DPRD Ciamis.
“Seharusnya Partai Golkar melakukan evaluasi. Sebab hal ini bisa bepengaruh kepada citra partai. Manusiawi bila seseorang merasa kesal bila melihat mobil rusak karena terlibat kecelkaan. Namun ini bukan alasan untuk melakukan tindak penganiayaan. Banyak kasus kecelakaan yang lebih parah, tapi mereka lebih memilih menyelesaikannya lewat kepolisian,” ucapnya.