RANCAH POST – Setelah bocornya beberapa data ‘mata-mata’ melalui Wikileaks yang sempat menghebohkan dunia. Kali ini dunia kembali diguncang dan dihebohkan dengan bocornya jutaan dokumen milik Mossack Fonseca, sebuah firman hukum yang berada di Panama. Diduga, bocormya dokumen rahasia milik firma hukum tersebut menyibak perilaku tidak jujur orang-orang yang berkuasa dan orang-orang kaya yang berusaha menyembunyikan hartanya agar tidak terkena pajak.
Bocornya dokumen yang disebut sebagai skandal Panama Papers itu salah satunya menyingkap investasi bodong perusahaan abal-abal yang didirikan oleh Mossack Fonseca dan dikenal dengan sebutan skema Ponzi. Dalam sebuah dokumen Panama Papers tersingkap sebuah surat permintaan untuk mengembalikan uang dari pemilik modal skala kecil asal Indonesia yang meminta bantuan kepada Mossack Fonseca yang menjadi korban investasi bodong.
Dalam dokumen Panama Papers tersebut, para pemilik modal asal Indonesia ini berkeyakinan bahwa sebuah perusahaan yang berafiliasi dengan Mossack Fonseca di Virgin Island milik Inggris telah menarik dana sekitar Rp1,9 triliun atau sekitar Rp150 juta dollar hasil penipuan yang dilakukan terhadap 3500 orang. “Uang itu sangat kami butuhkan untuk membiayai pendidikan anak-anak kami pada bulan April ini,” demikian isi dokumen tersebut, kata seorang investor asal Indonesia kepada Mossack Fonseca melalui email tahun 2007 silam.
Bukan itu saja, baru-baru ini dalam sebuah dokumen Panama Papers yang berhasil dirilis Senin (4/4/2016) kemarin, ribuan nama perseorangan dan berbagai perusahaan asal Indonesia kembali disebut-sebut dalam Panama Papers. Diduga dokumen tersebut memuat nama-nama yang menginginkan harta mereka tidak tercium oleh pajak. Dokumen Panama Papers itu sendiri dibocorkan oleh International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) atau Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional.
Dalam laman ICIJ, ada sekitar 2.961 nama, baik individu ataupun perusahaan yang muncul bila keyword ‘Indonesia’ ditulis. Keseluruhan nama tersebut terkoneksi dengan 43 perusahaan offshore (perusahaan perekayasa bebas pajak). Masih dalam laman ICIJ, muncul juga sekitar 2.400 alamat di Indonesia yang sudah terdata dalam ‘Listed Addresses’.
Dari ribuan nama-nama tersebut, ada nama James T. Riady, Anindya N. Bakrie, Muhammad Aksa Mahmud, Chairul Tanjung, Sandiaga Uno, Laksamana Sukardi, Erick Thohir, dan Rachmat Gobel. Sementara dalam daftar nama-nama perusahaan, ada nama Agung Podomoro dan Texmaco Group. Dalam daftar alamatnya, mayoritas perusahaan tersebut berada id Jakarta. Namun ada juga yang berada di Bandung, Bali, Surabaya, hingga Medan sekalipun.