RANCAH POST – Line dan Gioveny Astaning Permana, belakangan ini tengah menjadi bagan perbincangan seru di dunia maya. Pasalnya, gadis berhijab asal Bogor tersebut dengan berani mengungkapkan keberataannya terhadap isi konten pada aplikasi Messanger Line yang dianggapnya terlalu fulgar dan tidak pantas untuk kalangan remaja dan anak-anak dibawah umur.
Hal ini berkaitan dengan fitur sticker yang ditawarkan pada aplikasi perpesanan instan, Line. Seperti yang kita ketahui, aplikasi yang sudah diuduh lebih dari 30 juta pengguna sejak tahun 2014 tersebut menawarkan segudang fitur mumpuni dan lengkap bagi pengguna. Mulai dari fitur berbagi pesan, panggilan suara hingga video chatting.
Salah satu fitur yang paling dikenal di Line adalah fitur Sticker, gambar kecil yang biasanya digunakan untuk melengkapi percakapan pengguna, untuk menunjukkan ekspresi dan lain hal sebagainya.
Namun sayang, beberapa sticker yang beredar di Line ini dianggap Gioveny terlalu buka-bukaan dan tidak pantas, serta mengarah ke jalur yang kurang pantas. Mesi masih seputar kisah asmara alias cinta-cintaan, namun gambar sticker tersebut terlalu fulgar dan bersifat provokatif.
Gioveny bahkan sempat melakukan riset kecil-kecilan, dan dari hasil riset tersebut terungkap bahwa sticker dengan judul so much love, short couple problem, him & her, Lily & Marigold, romantic memories, love lasting forever, hugs and kisses adalah sticker tidak pantas yang masuk ke dalam daftar 50 sticker terpopuler di Line.
Kegeramannya ini dia ungkapkan dengan membuat sebuah petisi di situ Change.org. Pada petisi tersebut, Gioveny menuliskan bahwa ‘Ia meminta pihak Line Indonesia dan para pemilik aplikasi di PlayStore mau dan mampu menyaring konten dan membuat kebijakan yang menghargai dan memegang prinsip hak anak (Convention on the Rights of the Child’s).’ Hal ini juga berlaku baik bagi para pembuat maupun pengunduh aplikasi.
Hingga saat ini, petisi tersebut telah mendapatkan dukungan dari 7.575 Netizen. Jumlah yang dinilai cukup, bahkan sudah melebihi tujuan pembuat sticker yang menargetkan 7.500 dukungan. Namun demikian, sebagaimana biasanya, petisi ini mendapat beragam respon, mulai dari yang positif hingga yang negatif. Beberapa pihak setuju dan mendukung petisi yang dicetuskan oleh Giobeny ini, namun sebagian lagi tidak setuju. Mereka menganggap bahwa pihak orang tualah yang bertanggung jawab untuk membatasi, mendidik dan membimbing anak dan remaja untuk menjauhi konten serupa.