RANCAH POST – Ada yang aneh dibalik keputusan untuk menaikkan harga gas elpiji. Pasalnya, hal tersebut dilakukan secara mendadak, tanpa sosialisasi, disaat DPR sedang reses, di tahun Pemilu, dan ditolak oleh parpol penguasa.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi (SIGMA), Said Salahudin.
“Jelas ada motif politik di balik kebijakan itu. Saya kira publik pun punya intuisi tentang hal ini. Apalagi motifnya kalau bukan politik pencitraan,” ujar Said, Minggu (5/1/2014).
Karenanya, Said meyakini kebijakan menaikkan harga gas elpiji itu adalah skenario dari Parpol penguasa. Mereka sengaja menciptakan isu itu untuk menarik perhatian publik untuk tujuan membangun citranya dalam masa kampanye.
“Melalui skenario itu diharapkan akan terbangun kesan di benak pemilih bahwa parpol pemerintah peduli pada kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat, padahal itu hanya trik belaka,” tegasnya.
Sebagaimana diketahui, harga gas elipji 12 kilogram melonjak tajam dari harga normal sekira Rp85 ribu, menjadi Rp125 ribu hingga Rp150 ribu. Akibatnya, dua partai partai kolaisi yaitu Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional pun dengan lantang meneriakkan penolakkannya terkait kebijakan tersebut.