RANCAH POST – Baru-baru ini santer terdengar kabar bahwa BlackBerry tengah mempertimbangkan untuk menjual perusahaannya akibat penjualan smartphone yang kian lesu. Sebagaimana diketahui, posisi kejayaan BlackBerry sudah berapa lama ini tergeser oleh rival terkuatnya, iPhone dan Samsung.
Perusahaan pembuat smartphone asal Kanada itu mengumumkan bahwa pihaknya kini menjajaki “alternatif strategis” untuk mendapatkan popularitasnya kembali. Hal ini persis seperti yang dilakukan oleh Nokia yang sempat terjungkal dari posisi dominasi di pasar gadget sebelum era smartphone.
Dikutip dari Phys, Jumat (16/8/2013), panjang atau pendeknya umur suatu produk tidak dapat ditentukan secara pasti, karena itu sangat penting melakukan inovasi dalam berteknologi. Tidak hanya para pemainnya saja, tetapi juga perangkat keras dan piranti lunak yang terpasang juga harus senantiasa bergerak cepat guna memenuhi permintaan pasar.
BlackBerry pertama kali diperkenalkan pada 2003 lalu, di mana handset ini dianggap sebagai tombak revolusioner. Hal ini dikarenakan perangkat yang dulu dikenal dengan Research In Motion (RIM) ini memungkinkan para penggunanya untuk browsing internet, email, pesan teks (chatting), dan panggilan suara.
Model bisnis BlackBerry pun dibangun dari pembayaran sejumlah biaya oleh pelanggan untuk terhubung ke BlackBerry Enterprise Server pusat. Sesuai dengan namanya, server ini menyinkronisasi semua fungsi yang ada di perangkat BlackBerry untuk terhubung dengan sebuah oraganisasi.
Kala itu, pendekatan ini memungkinkan BlackBerry untuk menawarkan solusi terpadu untuk memastikan kualitasnya kepada pelanggan, terutama terkait bisnis. Pendekatan terpusat ini juga memungkinkan perangkat ini untuk tumbuh dan mendukung peningkatan (upgrade) software melalui server pusat.
Model terpusat yang digunakan BlackBerry untuk mempertahankan dominasi pasar itu rupanya juga menjadi pemicu kejatuhannya. Semakin besar sistem terpusat yang diterapkannya, semakin sulit untuk perusahaan mempertahankannya dan melakukan inovasi aplikasi atau fitur baru.
Tak hanya itu, tawaran penyimpanan dan pengelolaan data menggunakan layanan awan (cloud) yang serta koneksi “internet dimana pun Anda berada” yang diusungnya pun menjadi pukulan kuat untuk menjatuhkan BlackBerry.
Dengan menegakkan akses melalui server pusat yang dilakukannya, BlackBerry secara tidak langsung membatasi basis pelanggan mereka. Inilah yang menjadi awal keruntuhan BlackBerry yang mengharuskannya lengser dari kursi raja smartphone.