Barack Obama Presiden Amerika Serikat pada hari sabtu kemarin membuka penyelidikan tindak kriminal tentang bocornya sebuah dokumen yang sangat rahasia, mengungkap lalu lintas percakapan telepon di Gedung Putih serta lalu lintas email Barack Obama dan sejumlah pejabat pada Jumat (7/6/2013) lalu.
Dilansir RancahPost dari Reuters (9/6/2013), para penegak hukum serta aparat keamanan yang melibatkan FBI dan Departemen Kehakiman, mengharapkan penyelidikan cyber crime tersebut sesegera mungkin dilakukan. Investigasi biasanya akan dimulai setelah pihak yang merasa dirugikan mengirimkan surat laporan ke Departemen Kehakiman dan pihak kepolisian.
Tidak begitu jelas apakah pada hari Jumat kemarin pihak dari Gedung Putih mengajukan surat laporan pengaduan ke Badan Keamanan Nasional? mungkin karena menghindari publikasi, pihak Gedung Putih semenjak tertimpa musibah tersebut, langsung mengumpulkan data dari lalu lintas telepon serta komunikasi email di Gedung Putih.
Namun, mengingat luas dan kepekaan kebocoran data karena peretas Jumat kemarin, hukum federal memaksa para pejabat di Gedung Putih untuk membuka investigasi secara menyeluruh, dan mulai membuka diri dengan publik terkait hal yang dikategorikan “teroris dunia maya” ini.
Penyelidikan kriminal ini pun kemudian bocor ke media semenjak pihak dari Departemen Kehakiman Amerika Serikat melibatkan pencarian data catatan telepon dari wawancara terakhir dari media Associated Press dan Fox News. Pihak media pun akhirnya mengendus adanya upaya penyelidikan menyeluruh terkait bocornya data karena ulah dari peretas tersebut.
James Clapper, Direktur Intelijen Nasional AS. mengutuk bocornya data rahasia tersebut dan menegaskan bahwa pemerintah AS tidak akan tinggal diam dan mengusut kasus ini hingga tuntas. Pihaknya juga akan mengajukan anggaran tambahan untuk meningkatkan keamanan cyber di Gedung Putih. Mengingat sangat pentingnya data dan informasi yang terkait dengan pertahanan dan keamanan Negara.