RANCAH POST – Sepekan setelah meteorit Rusia yang meledak di daerah Pegunungan Ural, sepuluh hari lalu, lembaga – lembaga antariksa dunia menyiapkan upaya untuk mendeteksi sekaligus menangkal asteroid agar tidak masuk ke dalam atmosfer Bumi.
Dari beberapa pilihan, salah satunya adalah dengan menabrakkan pesawat ruang angkasa ke asteroid yang mengancam. Misi tersebut benar-benar sedang dipersiapkan. Targetnya adalah asteroid bernama Didymos.
Sebelumnya, NEOShield, sebuah inisiatif internasional perlindungan Bumi dari ancaman benda-benda langit, membuat sederet proyek untuk menangkal obyek luar angkasa menerobos masuk ke lingkungan Bumi.
Pada prinsipnya, seperti disebutkan di atas, NEO akan membenturkan pesawat nirawak ke arah objek luar angkasa, seperti asteroid, dengan perhitungan matematis yang sangat cermat, agar lintasan orbit objek tersebut melenceng, dan tidak lagi menjadi ancaman bagi Bumi.
Serupa dengan NEOShield tersebut, misi gabungan ini dinamakan European/U.S. Asteroid Impact and Deflection Assessment (AIDA). Misi ini bertujuan untuk mencegat asteroid Didymos yang diperkirakan akan meluncur menuju Bumi sekitar tahun 2022 mendatang.
Direncanakan, saat batu luar angkasa tersebut berjarak 6,8 juta mil dari Bumi, misi ini akan mengirimkan dua pesawat ruang angkasa. Salah satu pesawat akan akan diplot menabrak asteroid pada kecepatan 14.000 menit per jam sebagai upaya untuk mengubah lintasan batu ruang angkasa itu.
Sementara pesawat ruang angkasa lainnya akan tinggal di dekatnya untuk merekam tabrakan tersebut. Tapi, mengingat kecepatannya, pesawat yang menabrak Didymos kemungkinan besar akan hancur.
Sayangnya, setelah mengatasi Didymos, para ahli harus menghadapai asteroid kembaran Didymos, sebuah asteroid selebar 2.625 kaki, setara 800 meter, dan asteroid ukuran 490 kaki, atau 149 meter, yang mengorbit satu sama lain. Untungnya, peneliti mengatakan Didymos tidak menimbulkan ancaman ke Bumi.
Namun, dilansir Scienceworldreport, Selasa 26 febuari 2013, dengan pesawat ruang angkasa yang dikirimkan, para ilmuwan berharap dapat mempelajari semua asteroid tersebut sehingga dapat mengantisipasi temuan di masa mendatang.
“Projek AIDA bukan semata-mata dibuat untuk membelokkan asteroid yang mengancam Bumi, tapi misi ini bisa menjadi langkah pertama,” kata salah seorang pejabat Badan Antariksa Eropa (ESA), pada Redorbit.com.
Dampak dari tabrakan itu juga akan membuka kesempatan pada ilmuwan untuk meneliti puing-puing dari asteroid. Ini sekaligus berguna untuk menghitung seberapa besar pengaruhnya pada satelit di Bumi.
“Projek ini memiliki nilai untuk banyak bidang, mulai dari ilmu terapan dan eksplorasi pemanfaatan sumber daya asteroid,” kata Andy Chang, pemimpin proyek AIDA, dalam sebuah pernyataan pada Fox News.
Saat ini, ESA meminta para ilmuwan dari seluruh dunia untuk berusul dan mengajukan perencanaan eksperimen yang mungkin bisa direalisasikan AIDA. ESA akan “membuka pintu” sampai pertengahan bulan depan.