RANCAH POST – Sebelumnya, tampilnya Nara Masista di level internasional beberapa hari yang lalu nyata-nyata membuat publik terpukau dan ‘memaksa’ netizen melayangkan pujian setinggi langit kepada diplomat cantik satu ini. Nara Masista Rakhmatia sendiri mewakili Indonesia dalam Sidang Majelis Umum PBB.
Ya, Nara Rakhmatia, diplomat perempuan Indonesia berusia 34 tahun ini berhasil menghempaskan tudingan empat perdana menteri dan dua presiden dari enam negara pasifik, yakni Solomon Island, Vanuatu, Nauru, Tonga, Tuvalu dan Marshall Island yang menyebutkan bahwa Indonesia telah melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua Barat dan Papua.
Masih dalam kesempatan tersebut Nara Masista Rakhmatia dengan tegas meminta kepada negara-negara yang berada di kawasan pasifik tersebut tidak memakai sidang majelis umum PBB untuk mengganggu kedaulatan negara lain. “Mereka telah melanggar piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan melakukan intervensi terhadap kedaulatan negara lain,” ucap Nara dalam sidang PBB beberapa waktu lalu.
Masih dikatakannya, negara-negara tersebut telah menggunakan sidang majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk kepentingan negara mereka dan mengalihkan isu sosial dan politik di negara mereka sendiri.
Profil Nara Masista Rakhmatia
Sebelum menjadi juru bicara Indonesia untuk PBB, latar belakang pendidikan Nara Masista adalah Hubungan Internasional FISIP yang ia tempuh di Universitas Indonesia selepas menyelesaikan pendidikannya di bangku SMA 70 Jakarta.
Usai menyelesaikan studinya di UI, Nara Rakhmatia bekerja sebagai seorang peneliti di CERIC (Center for Research on Inter-group Relations and Conflict Resolution) dan Center for East Asia Cooperation Studies yang berada di bawah naungan FISIP Universitas Indonesia.
Nara Masista Rakhmatia sendiri kemudian diterima menjadi PNS di Kemenlu dan menempati posisi Direktorat Kerjasama Antar Kawasan pada Direktorat Jenderal Urusan Asia Pasifik dan Afrika. Di tengah-tengah kesibukannya, ia melanjutkan pendidikan ke St Andrews University Inggris dan mengambil Peace and Conflict Studies hingga akhirnya lulus pada tahun 2011 dan ditempatkan menjadi jubir Indonesia di PBB.